Blog ini ditulis oleh Made Budilana yang berasal dari Tejakula-Buleleng Bali. Untuk mendapatkan buku-buku Hindu, anda bisa menghubungi No WA 085792168271 atau bisa juga lewat email budilanalana@gmail.com. Terimakasih.
Senin, 30 Desember 2024
"Cahaya Dharma: Panduan Menuju Kehidupan yang Lebih Baik"
Minggu, 29 Desember 2024
"Menilai Pembangunan: Antara Kapitalisme, Keberlanjutan, dan Kesejahteraan Masyarakat"
"Kenapa Kita Lupa Kehidupan Sebelumnya jika Reinkarnasi Itu Nyata?"
Jumat, 27 Desember 2024
"Keikhlasan dalam Ibadah, Bukan Pamer"
"Cinta dan Kasih Sayang Membawa Kedamaian Hidup"
"Prinsip Struktur Bangunan Bali: Kekuatan, Ketahanan, dan Filosofi Lokal"
Selasa, 24 Desember 2024
Bersyukur dan Abaikan Omongan Orang
Menilai Kepedulian Sejati.
"Belajar Tidak Mengharap Pada Siapa Pun"
Mengendalikan Emosi: Ketika Lidah yang Bicara"
"Motivator Terbaik untuk Diri Kita Adalah Diri Sendiri"
"Menjalani Kehidupan dengan Tenang di Tengah Penilaian Orang Lain"
Perdebatan Seputar Konsumsi Daging Sapi dan Akses ke Tempat Suci dalam Agama Hindu Bali"
"Melukat: Ritual Penyucian Diri melalui Air di Bali"
Dalam buku Meditasi Pernafasan Giri Bhuana, dijelaskan berbagai sarana atau tempat yang diyakini dapat digunakan untuk melukat atau proses penyucian diri melalui air. Melukat sendiri merupakan tradisi yang sangat dihormati dalam kebudayaan Bali, di mana air dianggap memiliki kekuatan spiritual yang mampu membersihkan tubuh dan jiwa dari berbagai pengaruh negatif, baik itu secara fisik maupun batin. Salah satu tempat yang sering digunakan untuk melukat adalah pantai. Pantai diyakini sebagai tempat yang sangat ampuh dalam melakukan terapi air atau melukat karena merupakan tempat bersatunya berbagai jenis air. Di sana terdapat campuran air laut, air sungai, air hujan, dan air dari sumber mata air lainnya. Perpaduan berbagai jenis air ini dipercaya membawa energi penyembuhan yang luar biasa bagi siapa saja yang melaksanakan ritual melukat.
Selain pantai, air klebutan atau sumber mata air juga sangat penting dalam praktik melukat. Air dari sungai atau mata air yang mengalir dengan jernih diyakini memiliki khasiat penyembuhan yang besar. Bali, dengan berbagai sumber air suci yang tersebar di pulau ini, memiliki banyak tempat yang dapat digunakan untuk melukat. Salah satunya adalah Pura Tirta Empul yang terletak di Desa Tampak Siring, Gianyar. Pura ini sudah ada sejak tahun 884 Isaka atau sekitar 962 Masehi dan dibangun oleh Raja Singa Warmadewa. Di dalamnya terdapat 33 pancoran yang masing-masing memiliki khasiat berbeda-beda. Setiap pancoran memiliki tujuan tertentu dalam penyucian diri, dan air yang mengalir dari pancoran-pancoran tersebut dipercaya dapat memberikan keseimbangan energi bagi tubuh dan jiwa.
Selain Pura Tirta Empul, terdapat juga tempat-tempat lain di Bali yang memiliki mata air dengan energi penyembuhan yang luar biasa. Salah satunya adalah Pura Besakih yang terletak di dekat Pura Pengubengan. Di sana terdapat mata air yang memiliki vibrasi spiritual yang sangat kuat, yang dapat membantu seseorang dalam proses penyucian dan penyembuhan batin. Mata air ini dipercaya membawa ketenangan dan kedamaian bagi mereka yang datang dengan niat tulus untuk membersihkan diri.
Air Klungah, atau air dari pohon kelapa yang telah dikeramatkan, juga merupakan salah satu sarana penting dalam penyembuhan alternatif di Bali. Air Klungah ini dipercaya memiliki kemampuan untuk menetralisir racun dalam tubuh dan membantu membersihkan energi negatif yang mungkin terperangkap dalam diri seseorang. Penggunaan air Klungah dalam melukat sering dilakukan dalam upacara spiritual untuk membawa kedamaian dan kesehatan bagi tubuh dan jiwa. Salah satu jenis air Klungah yang terkenal adalah Nyuh Gading, yang memiliki khasiat luar biasa dalam membantu penyembuhan fisik maupun batin.
Melukat juga sering dilakukan di Griya atau tempat tinggal orang suci. Biasanya, penglukatan di tempat-tempat ini dilakukan dengan mengikuti hari-hari baik yang disebut Dewasa Ayu, sesuai dengan Pawetonan atau hari kelahiran seseorang. Upacara penglukatan ini dilakukan oleh seorang guru suci yang akan mentransfer tenaga dalam, mantra, serta kekuatan alam. Dalam praktik ini, berbagai jenis air digunakan, mulai dari air laut, sungai, air Klebutan, hingga air Bungkak Nyuh Gading. Kekuatan alam yang terkandung dalam air tersebut diyakini dapat membersihkan segala macam energi negatif dan membawa kedamaian serta kesehatan bagi orang yang melakukan ritual tersebut.
Tradisi melukat di Bali adalah sebuah cara untuk menjaga keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan roh. Melalui ritual ini, seseorang dapat membersihkan diri dari pengaruh buruk dan memperkuat koneksi spiritual dengan alam. Bali, dengan segala keindahan alam dan kekuatan spiritual yang ada, memberikan berbagai sarana dan tempat untuk melakukan melukat, yang dipercaya dapat membawa manfaat besar bagi kehidupan setiap individu. Seiring dengan berjalannya waktu, tradisi ini tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bali, sebagai upaya untuk menjaga kebersihan batin dan keharmonisan dalam hidup.