Jumat, 19 Juli 2024

Tri Rna

Dalam wacana Swami Satya Narayana atau Sai Baba dijelaskan bahwa setiap manusia yang terlahir ke dunia adalah untuk melunasi tiga jenis hutang. Hutang pertama adalah hutang kepada Tuhan. Hutang kedua adalah hutang kepada para Rishi atau orang-orang suci, dan ketiga adalah hutang kepada orang tua. Tuhan memenuhi setiap sel dari tubuh manusia dan memberikannya energi keTuhanan di dalamnya. Ini merupakan kekuatan dari Tuhan, yang menjaga agar setiap anggota tubuh dapat berfungsi memulai energi dari Tuhan. 

Akan hal tersebut manusia seharusnya sadar akan energi ini dan berterima kasih kepada Tuhan karena telah menopang dan menjaga kehidupan mereka. Jika mereka gagal untuk melakukannya, maka kehidupan mereka akan menjadi sia-sia. Melunasi hutang-hutang kita kepada Tuhan berarti mengikat diri kepada tindakan atau perbuatan baik dan melayani orang lain dan mendedikasikan semua perbuatan atau tindakan dari tubuh kepada Tuhan. Adalah ketika tubuh yang dianugrahi dengan sifat ketuhanan dikonsentrasikan untuk tujuan yang suci, dengan perbuatan suci yang terus menerus, mulia dan perbuatan yang penuh dedikasilah maka manusia dapat melunasi hutang-hutangnya kepada Tuhan.

Berikutnya adalah hutang kepada Rishi. Orang-orang suci jaman dahulu mengabdikan seluruh energi mereka untuk penebusan dosa dan penelaahan spiritual, dan juga telah mewariskan kepada manusia kitab-kitab suci yang hebat, yang berfungsi sebagai panduan untuk meluruskan jalan kehidupan manusia baik didunia maupun melampaui dunia. Adalah para orang-orang suci yang telah memberikan Upanishad, Purana, dan kisah-kisah kepahlawanan kepada manusia sebagai peraturan yang benar dalam perbuatan mereka didalam kehidupan di jalan yang benar dan ideal. 

Kita harus mengetahui arti yang tertinggi yang terdapat di dalam kitab-kitab suci untuk membuat kehidupan kita menjadi mulia. Jalan yang telah diberikan oleh para Rishi menunjukkan tindakan atau perbuatan yang harus dihindari dan apa tindakan yang benar, apakah kewajiban dari manusia dan apakah perintah yang harus mereka terapkan di dalam kehidupan mereka yang harus sangat-sangat dihormati. Tugas yang telah ditentukan harus dilaksanakan dan perbuatan yang dilarang harus dihindari. 

Hanya dengan jalan tersebut maka hutang-hutang manusia kepada para Rishi akan dapat dilunasi. Yang ketiga adalah hutang kepada orang tua. Tubuh seseorang berasal dari daging dan darah dari ibunya. Berapa banyak pengorbanan yang terlibat di dalam proses kelahiran seorang anak dan mengasuhnya dengan perhatian dan cinta secara terus menerus, tidak akan dapat terhitung jumlahnya. Makanan yang kalian makan, pakaian yang kalian kenakan, kehidupan yang kalian jalani seluruhnya merupakan hadiah dari orang tua kalian. 

Adalah tugas utama dari seseorang untuk menyenangkan hati orang tuanya. Hanya dengan demikian maka dia dapat melunasi hutang-hutang kepada orang tuanya. Namun tidak hanya itu, hutang kepada orang tua harus dilunasi dengan melakukan pelayanan kepada sesama dan dengan berbuat kebaikan.

Rabu, 17 Juli 2024

Yadnya Berdasarkan Weda.

Setiap pelaksanaan yadnya seharusnya berdasarkan petunjuk kitab suci. Seperti yang tertuang dalam Kitab Bhagavad-gita Bab 17 Sloka 1.1 yang menyebutkan bahwa upacara menurut petunjuk-petunjuk kitab suci, dilakukan orang tanpa mengharapkan pahala, dan percaya sepenuhnya upacara ini sebagai tugas kewajiban adalah Satwika. Jadi yadnya bukan hanya kewajiban atau keinginan, melainkan adalah keperluan manusia. Dalam aspek apapun, manusia itu utama ketika ia dalam posisi meyadnya dan lebih banyak memberi. Yadnya itu tidak selamanya menyangkut tentang Banten, dan tentang Mantra. Ada konsep bathin dalam prosesnya. 

Dalam kitab Bhagawadgita bab 12 Sloka 6-7 dijelaskan bahwa orang yang menyembah-Ku, menyerahkan segala kegiatannya kepada-Ku, setia kepada-Ku tanpa menyimpang, tekun dalam pengabdian suci bhakti, selalu bersemadi kepada-Ku, dan sudah memusatkan pikirannya kepada-Ku, cepat Ku selamatkan dari lautan kelahiran dan kematian, wahai putera Partha.

Dalam Kekawin Arjuna Wiwaha disebutkan bahwa Tuhan Bagaikan bayangan bulan pada tempayan berisi air, tapi hanya suci murni saja yang menampakkan bulan, seperti itulah Engkau pada yang tercipta, pada yang tekun mengamalkan yoga, Engkau nyata. Dalam Bhagawadgita bab 9 Sloka 26 menyebutkan Siapapun yang dengan kesujudan mempersembahkan padaKu daun, Bunga, buah-buahan atau air persembahan yang didasari dengan cinta dan keluar dari hati suci, aku terima. 

Khrisna bersabda pada Arjuna "Wahai Arjuna, Jalan Bakti adalah jalan penyerahan diri secara tulus ikhlas. Janganlah berharap hasil akan perang Dharma ini. Akan tetapi, kau sebagai ksatria agung, tugasmu adalah berperang. Laku cinta kasih meredam keangkuhan dalam diri, pemurnian jiwa bahwa Hyang Widhi yang suci hanya dapat didekati dengan laku suci.

Sementara dalam Rgveda 1.64.46 dijelaskan bahwa dalam konteks ritual ketuhanan inilah kebenaran terungkap. Biarlah kebenaran ini ditegakkan dengan kokoh dan tidak dilanggar. Dalam konteks Weda, yang seringkali bersifat simbolis dan penuh makna, setiap sloka atau mantra memiliki interpretasi yang mendalam terkait dengan ritual dan kosmologi Hindu. Rigveda adalah sumber ajaran spiritual yang sangat kuno, dan pemahaman mendalam biasanya memerlukan kajian dan interpretasi dari berbagai teks dan tradisi.




Rabu, 10 Juli 2024

Karma Marga Untuk Orang Modern.

Dalam Bhagawadgita 2-47 dianjurkan bahwa bekerjalah demi kewajibanmu. Bukan demi hasil perbuatan itu. Janganlah pahala menjadi motifmu dalam bekerja. Jangan pula hanya berdiam diri tidak bekerja. Dalam sloka Bhagawadgita 3-4 juga dijelaskan bahwa tanpa bekerja orang tidak akan mencapai kebebasan. Demikian juga ia tidak akan mencapai kesempurnaan karena menghindari kerja.

Anand Khrisna pernah berkata bahwa apapun yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, itu sudah termasuk telah menjalankan konsep Karma Yoga. Dan setiap perbuatan yang kita lakukan pasti akan ada konskwensinya. Kalau kita berbuat baik, pasti kebaikan pula yang akan kita tuai. Dan sebaliknya, kalau kita selalu berbuat jahat, cepat atau lambat kita pasti akan menerima pahalanya sesuai apa yang telah kita lakukan. Kalau menurut ajaran Hindu, hal itu disebut dengan Karmapala. 
              
Jaman dahulu kalau seseorang ingin berkarya, pasti yang diutamakan adalah kualitas barang. Contohnya dalam membuat perabotan rumah tangga yang terbuat dari kayu seperti lemari, kursi, meja, pintu dan lain lain. Tidak heran jika kita melihat barang barang antik yang sangat kuat dan tahan lama. Meskipun sudah berumur tujuh puluh tahunan, tetapi kondisi furnitur tersebut masih utuh dan tahan lama. Tidak seperti barang-barang yang diproduksi oleh produsen jaman sekarang yang mencari keuntungan banyak tetapi tidak mengutamakan kualitas. Produk jaman sekarang cepat rusak. Makanya orang barat atau orang bule tidak suka dengan produk jaman sekarang. Justru yang dicari orang barat adalah barang-barang antik untuk diekspor ke luar negeri. 

Kalau kita hanya memikirkan kepentingan pribadi, itu bukan Karma Yoga namanya. Kita seharusnya bekerja dan melayani masyarakat tanpa mementingkan kepentingan pribadi. Jangan menyebut bahwa diri kita sukarelawan jika dapat gaji sebesar 13 juta per bulan. Dalam Bhagawadgita 3-7 dijelaskan bahwa sesungguhnya orang yang dapat mengendalikan indriyanya dengan pikiran, wahai Arjuna, dengan Panca Indriyanya bekerja tanpa keterikatan ia adalah sangat dihormati. 

Sukarelawan adalah orang yang bekerja tulus untuk masyarakat tanpa mendapatkan gaji. Kalau dapat gaji, berarti bukan sukarelawan namanya melainkan profesi atau bekerja di sebuah LSM. Begitu juga dengan para PNS yang dapat gaji setiap bulan, jangan menyebut diri dengan sebutan abdi negara karena abdi negara adalah orang yang bekerja tanpa gaji seperti orang keraton di Yogyakarta. Kalau mau menjadi pengurus spiritual, luangkanlah waktu anda setiap minggu untuk memberikan siraman rohani kepada masyarakat minimal empat jam. Menulis di internet tentang agama juga termasuk Karma Yoga. Orang bekerja bukan semata-mata untuk uang, tetapi pelayanan. Begitu juga dalam hal pelayanan tidak boleh membeda-bedakan seseorang atau kelompok. Dan juga tidak boleh mendiskriminasi seseorang atau kelompok.

Dalam sloka Bhagawadgita, kita dianjurkan untuk bekerja atau berkarma tanpa mengharapkan imbalan. Makanya leluhur kita menciptakan sistem gotong royong. Di Bali masih ada sistem Banjar, Sukaduka, Subak, dan sebagainya. Semua itu basisnya adalah gotong royong. Karena itu, Bali disebut pewaris nusantara yang terakhir. Dari waktu ke waktu, kita butuh reformasi dan transformasi. Melayani sesama manusia sama dengan melayani tuhan. Dan kebenaran sejati tidak memikirkan kepentingan pribadi.