Sebenarnya sudah tidak terhitung lagi bahwa tuhan itu telah berkali kali menampakkan kepribadiannya pada kita. Bahkan setiap detik beliau selalu menampakkan kepribadiannya di sekitar kita. Apakah anda tidak percaya? Tapi sebelumnya Kalau ingin melihat Tuhan, semestinya jawab dulu pertanyaan berikut ini. pertanyaannya adalah sudah kita punya mata hati untuk meliat Tuhan? Dan sejauh mana mata hati kita mampu melihatnya? Contohnya ketika kita berada di suatu tempat misalnya di malam hari tanpa bulan dan langit. Atau di kamar misalnya yang ada pencahayaannya yang cukup bahkan sangat terang, tentu semua nampak jelas terlihat. Ya, kan? Tetapi ketika sinar yang ada tersebut tiba tiba padam, bagaimana?Tangan sendiri pun tidak akan terlihat. Tetapi hanya dapat dirasakan dalam gelap seperti misalnya saya punya tangan dan lain sebagainya. Selebihnya tidak akan tampak apa apa. Tangan, teman, barang barang dan apapun yang ada di sekitar kita tiba tiba gelap. Nah, mampukah mata hati kita saat ini untuk melihat kepribadiannya?
Tuhan yang Maha Esa adalah Sumber Segalanya, Maha Kuasa, Maha Tahu, Maha Pemurah, Maha Adil, dan Maha Pencipta. Waktu, Perubahan, Hukum Alam dan Hukum Karma, semuanya di bawah KendaliNya. Namun Bila Itu Menyangkut Kebiasaan, Sikap dan Karakter Setiap Insan, Semua Itu Kuasa dan Kewenangan dari Insan yang Bersangkutan. Dengan KemahakuasaanNya, Tuhan yang Maha Kuasa Hal Itu adalah Kecil. Lalu Mengapa Beliau Tak Berkenan Turun Tangan ? Karena Tuhan yang Maha Esa Telah Menbekali Manusia dengan Kecerdasan Akal Budi (Wiweka), Bayu (Tenaga), Sabda (Suara) dan Idep (Pikiran).
Dengan Hal Itu Manusia Mesti Berusaha Sendiri untuk Mengubah Kebiasaan Buruknya Menjadi Kebiasaan yang Lebih Baik. Mengubah Sikap dan Karakter Buruk, Tidak Sopan, Angkuh, Sombong, Arogan, Plinplan, dan lain lain, agar Menjadi Lebih Baik, Santun, Rendah Hati, Welas Asih, dan Teguh pada Pendiriannya. Tuhan yang Maha Esa tidak seperti manusia. Sedangkan sifat manusia adalah tidak tetap pada Pendiriannya, Suka Menentang Suara Hatinya, Suka Melanggar Janji atau Sumpah, tidak Satya Wacana, Suka Menipu dan Berbohong, Suka Lalai Pada Tugas dan Tanggung Jawabnya. Manusia Suka Mengubah Keputusannya Demi Kepentingan Pribadi, Keluarga, Golongan atau Kelompoknya. Meskipun Itu Merugikan Kepentingan Orang Banyak.
Dalam bahasa Sanskerta, kata Iswara berarti Tuhan. Namun personalitas yang tertinggi disebut Parameswara atau Iswara tertinggi. Personalitas yang tertinggi atau Parameswara adalah personalitas yang berkesadaran tertinggi dan oleh karena energinya tidak berasal dari sumber lain manapun. Maka dia benar benar independen alias bebas berdikari.
Pengertian tentang Tuhan dan pengertian tentang Kebenaran Mutlak tidak berada pada level yang sama. Srimad Bhagavatam menargetkan Kebenaran Mutlak sebagai tujuan. Pengertian tentang Tuhan menunjukkan Pengendali, sedangkan pengertian tentang Kebenaran Mutlak menunjukkan Sumber Tertinggi Segala Energi. Tidak ada perbedaan pendapat mengenai Aspek Personal Tuhan Yang sebagai Pengendali, sebab sosok Pengendali tidak mungkin tanpa-personal.
Pemerintahan modern tentu bersifat tanpa-personal sampai taraf tertentu, khususnya pemerintahan yang menganut paham demokrasi, namun pada puncaknya Kepala Pemerintahannya adalah satu Personal atau Sosok Pribadi, dan aspek tanpa-personal pemerintahan itu berada di bawah aspek personalnya.
Jadi tidak disangkal lagi bahwa jika kita mengacu pada pengendalian atas pihak lain maka kita harus mengakui keberadaan aspek personal. Oleh karena terdapat berbagai Pengendali untuk pos-pos Pengaturan yang berbeda-beda, maka ada banyak pengendali kecil. Menurut Bhagavad Gita, setiap Pengendali yang memiliki kekuatan khusus tertentu disebut vibhutimat-sattva, atau pengendali yang dikuasakan oleh Tuhan. Ada banyak vibhutimat-sattva, pengendali-pengendali atau para Dewa dengan berbagai kekuatan khusus, namun Kebenaran Mutlak adalah esa tiada duanya. Srimad-Bhagavatam menyebut Kebenaran Mutlak itu sebagai param satyam. Penyusun Srimad-Bhagavatam Srila Vyasadeva pertama-tama bersujud dengan segala hormat kepada param satyam atau Kebenaran Mutlak, dan oleh karena param satyam adalah Sumber Tertinggi Seluruh Energi, maka param satyam adalah Personalitas Yang Tertinggi.
Para Dewa atau Para pengendali tidak diragukan lagi merupakan personal-personal, namun "param satyam" ; sumber energi mereka, adalah Personalitas Yang Tertinggi. Di dalam kitab Suci Veda, Brahma diuraikan sebagai Dewa yang tertinggi atau pemimpin semua Dewa lainnya seperti Indra, Candra dan Varuna, tetapi Srimad-Bhagavatam menegaskan bahwa Brahma pun tidak independen sejauh menyangkut energi dan pengetahuannya. Brahma mendapat pengetahuan dalam bentuk Veda dari Personalitas Yang Tertinggi yang Bersemayam di hati setiap makhluk hidup. Personalitas Yang Tertinggi tersebut mengetahui segala sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Personalitas Yang Sempurna disapa dalam Srimad Bhagavatam sebagai Vasudeva, atau dia yang berada dimana-mana, berada dalam pengetahuan yang sepenuhnya dan dalam Kepemilikan Sepenuhnya atas energi-nya yang lengkap.