Sabtu, 28 Agustus 2021

Apakah Tumpek Landep Memuja Keris Atau Mobil?

Menurut Lontar Sundarigama, pada perayaan Tumpek Landep itu sesungguhnya yang dipuja Sanghyang Siwa sebagai Sanghyang Pasupati. Yang diupacarai saat Tumpek Landep itu adalah segala senjata tajam. Dalam konteks kekinian senjata mesti dimaknai sebagai segala sarana yang digunakan untuk menunjang profesi dan mencapai tujuan. Cara memenangkan perang adalah batasi keinginan, buat standar hidup yang mendamaikan hati serta jangan biarkan mata dan telinga tanpa kontrol. 

Akhir-akhir ini sering kita dengar Dharmawacana di berbagai media baik online maupun media lainnya bahwa kebiasaan orang Bali di hari Tumpek Landep, Menghaturkan persembahan terhadap mobil motor ataupun kendaraan lainnya sebagai hal yang keliru. Karena menurut beliau, hari Tumpek Landep adalah pemujaan terhadap Sanghyang Pasupati yang berstana di senjata pusaka. Tetapi kecerdasan spiritual orang Bali dalam mengadopsi perubahan jaman semakin meningkat. Mari kita lihat apa itu keris atau senjata pusaka? Keris selama ini tidak pernah dipergunakan sebagai senjata untuk berperang. Karena secara logika saja kalau kita berperang menggunakan keris maka kita akan terlebih dahulu kena tusuk oleh orang yang bersenjata tombak, panah, atau senjata yang lebih panjang lainnya. Jadi kalau orang berperang, keris tetap ada di pinggangnya.

Kecuali seorang panglima bertarung satu lawan satu dengan lawan yang juga bersenjata keris. Jadi sekali lagi, keris secara umum bukan senjata berperang. Lalu untuk apa orang memiliki keris? Keris adalah Pajenengan atau Piandel. Keris menunjukan derajat tingkat dan golongan orang di masyarakat. Semakin tinggi kedudukannya di masyarakat maka kerisnya akan semakin mewah dan berwibawa. Biasanya kalau orang jaman dulu mau membuat keris, sang Mpu akan bertanya apa profesi kita? Apa status sosial kita? Jadi intinya keris menunujukan status sosial seseorang di masyarakat. Sekarang jaman sudah berubah. Masihkah orang menggunakan keris sebagai tolak ukur status sosial seseorang di masyarakat? Di jaman sekarang simbol status sosial itu ada pada mobil motor atau kendaraan pribadi yang kita miliki. Jadi salahkah di hari Tumpek Landep ini kita memohon agar Sanghyang Pasupati memberkati simbol status sosial kita? Jaman dulu karena profesi orang terbatas maka alat bantu profesi yang diupacarai juga terbatas misalnya cangkul, palu dan sabit. Sekarang alat bantu profesi sangat variatif, ada mesin bubut, ada tower signal, dan pesawat terbang. Apakah keliru kalau semua itu juga diupacarai agar Sanghyang Pasupati berstana disana?