Jumat, 07 Juli 2023

Lingga Yoni.

Menurut teologi Hindu, konsep Purusa adalah Widya, baik, positif, non materi, Dharma dan lain-lain. Sementara Prakerti atau Pradana adalah Awidya, negatif, Adharma, materi dan lain-lain. Hanya menurut konsep Hindu bahwa dua jenis kekuatan yang berlawanan itu atau Rwa Bhineda atau Dwaita berasal dari tuhan. Bahkan dunia ini tercipta dari dua kekuatan tersebut. Manusia tidak akan pernah ada jika laki dan wanita tidak bersatu. Listrik tidak akan menyala jika energi positif tidak bersatu dengan energi negatif. 
        
Makanya Hindu itu dikatakan Sinkron dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbeda dengan ajaran agama lain bahwa hanya kebaikan yang berasal dari tuhan. Sedangkan kejahatan bukan berasal dari tuhan, melainkan dari setan. Tapi karena konsep Hindu itu bahwa kejahatan juga berasal dari tuhan, makanya kejahatan tidak dimusuhi, melainkan diharapkan agar tidak mengganggu dengan cara yang sopan seperti membuatkan ritual Caru pada Bhutakala. Jadi menurut Hindu, kebaikan dan keburukan itu bukan berada pada posisi yang berlawanan secara permanen seperti keyakinan agama lain, melainkan bersifat sementara. 
          
Yang permanen itu adalah bernama Moksa. Begitu juga Prakerti atau elemen jahat atau negatif yang bukan posisi permanen. Makanya dalam keyakinan tradisi Bali ada istilah Nyomia yaitu membahagiakan Bhuta agar menjadi dewa. Begitu juga orang Bali yang belajar Leak, dia memohon ke pura Dalem memohon pada Siwa dan Durga. Padahal dewa dan dewi tersebut adalah manifestasi Brahman yang tunggal. Begitu juga dalam kitab suci Catur Weda, salah satunya adalah Atarwa Weda yang katanya berisi ajaran ilmu hitam. Ini tandanya bahwa baik dan buruk berasal dari satu sumber. Pola pikir ini tentu tidak bisa diterima oleh agama lain.

Begitu juga dengan Linggayoni yang merupakan media pemujaan pada Dewa Siwa. Linggayoni juga merupakan lambang purusa dan predana. Atau lambang laki laki  dan perempuan. Pertemuan antara Purusa dengan Predana terciptalah kesuburan atau kemakmuran . Linggayoni dari  jaman dahulu merupakan media pemujaan terutama dari kelompok penganut paham Siwa sidantha dan sudah tentu dibuat atas perintah seorang Rsi yang menganut paham Siwa Sidantha pula dengan ciri khas tertentu yang sudah ditentukan. Sepengetahuan saya bahwa Linggayoni yang ada, baik yang dibuat jaman dahulu dan jaman sekarang memiliki banyak kesamaan. Lingga Yoni merupakan ciptaan generasi modern yang mana digambarkan beda dengan lingga yoni yang lumrah dipuja di tempat-tempat suci pada umumnya. Linggayoni lambang purusa-predana yang bersifat rohani. 

Dan bila memahami sedikit cerita kerohanian bahwa lingga Siwa itu tidak bisa ditemui ujung dan pangkalnya oleh Dewa Brahma dan Dewa Wisnu saat berlomba menentukan diri siapa yang lebih sakti? Dan lingga Siwa tersebut hanya bentangan seperti batu hitam yang terus memanjang tanpa diketahui ujung dan pangkalnya.Dan bila diilustrasikan seperti kenyataan dengan menggambarkan seperti kemaluan maka itu melenceng dari nilai rohaninya. Dan yang perlu diingat, maaf, bahwa kemaluan lelaki sudah jelas berujung dan berpangkal. Purusa-predana memang sebutan lain dari laki dan perempuan tapi dalam penggambaran yang sifatnya rohani. Maka artikanlah maknanya, bukan kemaluannya.