Jumat, 24 Juli 2020

Memahami Makna Bhagawadgita 9-25.

Dalam sloka Bhagawadgita 9-25 dijelaskan bahwa “Yang memuja dewata pergi ke­pada dewata, kepada leluhur perginya yang memuja leluhur me­reka, dan kepada roh alam perginya yang memuja roh alam, te­tapi mereka yang memuja-Ku, datang kepada-Ku. Maknanya adalah Doa mereka kepada para dewa manifestasiNya, akan menuju dewata, sehingga terlindungi kelak oleh para dewata. Seperti pada pemujaan di canang dengan berbagai warna-warni bungannya, merah bang selatan brahma, dan begitu pula putih iswara timur dan seterusnya. 

Dewata Nawa Sanga dengan berbagai Stana-nya di Sad Kahyangan, adalah sebuah ruang sakral perlindungan, pemberkatan atas umat dharma khususnya di Bali. Termasuk pulang konsep Ang Ung Mang Namah, brahma wisnu shiwa uttpeti sthiti pralina.

Doa mereka kepada leluhur, menuju leluhur, dengan ini yadnya pitara, semoga mendapat tempat baik, dan karena memenuhi kewajiban sebagai Preti Sentana, maka semoga yang beryadnya mendapat karma baik dan pahala pula..Para leluhur memiliki sinar suci dari Swah Loka, yang telah melewati loka bhur bhuwah, dan mendekat kepada sthanaNya Jana,Maha,Tapa, Sunya Loka. Maka sang leluhur pun memberikan bekal intuitif kepada prati sentanaNya agar mampu menjalankan Kewajiban masing masing sebagai berkat. Beruntunglah mereka yang mengingat para leluhur.

Dan mendoakan para bhuta bhuti kala kali, preta dan sebagainya, adalah sebuah kewajiban bhuta yadnya, karena kita adalah manusia dharma, yang berkewajiban dan memiliki kekuatan yadnya untuk meningkatkan pula jiwa mahluk lain..Begitu hebat manusia yang lahir dalam ruang dharma, karena dengan Jnana Sidhinya Wijnana BuddhiNya, Karmin Satya Panca, mampu meningkatkan atman dari mereka yang terjebak di situasi yang bawah(sarasamuscaya-agastya parwa) Sebagaimana Tuhan menyabdakan, bahwa ia maha besar sampai semesta berada di dalamNya, termasuk kita yang sangat kecil ini.