Kenapa orang Hindu tidak makan daging sapi? Kalau soal itu, kembali ke individu masing-masing. Karena tidak semua orang Hindu itu tidak mengkonsumsi daging sapi. Karena Hindu itu beraneka ragam. Ada yang makan daging sapi. Sementara yang kebetulan mempelajari vegetarian, mereka bukan hanya tidak makan daging sapi, melainkan juga tidak mengkonsumsi segala daging. Tetapi jika nafsu makan dagingnya tidak bisa dikendalikan,maka dibuatkanlah daging buatan yang terbuat dari tepung atau jamur.
Blog ini ditulis oleh Made Budilana yang berasal dari Tejakula-Buleleng Bali. Untuk mendapatkan buku-buku Hindu, anda bisa menghubungi No WA 085792168271 atau bisa juga lewat email budilanalana@gmail.com. Terimakasih.
Jumat, 20 Oktober 2023
Kenapa Orang Hindu Tidak Makan Daging Sapi?
Kenapa Hindu Di Bali Jarang Melakukan Yoga?
Kenapa Hindu di Bali jarang melakukan yoga? Dan Kenapa pula jarang melakukan meditasi? It, jangan salah, ya? Sekedar Sharing, Yoga itu sudah ada sejak dahulu. Dan yang menciptakan Yoga itu adalah resi patanjali. Tetapi saat itu jarang yang mempraktekkan Yoga. Makanya leluhur kita mengaplikasikan Yoga dalam bentuk lain. Seperti menciptakan ritual Melasti. Ritual Melasti adalah membersihkan stana para dewa ke laut dengan cara berjalan beriringan secara ramai-ramai. Nah, tanpa disadari kita telah melakukan yoga. Dan kenapa leluhur kita membuat pura di atas bukit? Nah, dengan menaiki tangga untuk menuju pura yang di atas bukit itu, kita telah melakukan yoga.
Benarkah Upacara Keagamaan Hindu Di Bali Menyebabkan Kemiskinan?
Banyak sekali oknum oknum yang berdalih ingin menyederhanakan Yadnya padahal sesungguhnya mereka sangat alergi terhadap yadnya. Mereka berdalih bahwa Yadnya itu tidak sesuai dengan ajaran Weda. Dan Yadnya itu pemborosan dan buang buang uang. Bahkan juga saya pernah lihat di medsos ada orang yang meludahi persembahan tuhan. Ternyata orang orang jaman sekarang telah mengalami degradasi moral. Ada yang melecehkan, bahkan ada juga seperti pepatah yang mengatakan bahwa kacang lupa kulitnya. Mencari rejeki di Bali, tapi menghina tradisinya.
Bukankah dengan adanya upakara yadnya bisa menambah peluang kerja dan bisa berbagi rejeki dengan yang lain? Bukankah Yadnya juga bisa menambah nilai jual hasil hasil para petani dan peternak? Coba bayangkan, kalau tidak ada upakara yadnya, mungkin janur, pisang, dan lain sebagainya bisa susah untuk di pasarkan. Dengan adanya Upakara Yadnya, Petani bisa lebih mudah untuk memasarkan hasil pertanian mereka. Ternak ayam, itik, babi, dan binatang lainnya, proses penjualannya menjadi lancar. Dan roda ekonomi pun bisa berputar.
Jumat, 13 Oktober 2023
Tuhan Itu Nirguna Brahman Dan Saguna Brahman.
Tuhan sebagai Pribadi Tertinggi dan pemilik dari sifat-sifat mulia yang tidak terbatas merupakan salah satu konsep yang paling fundamental dalam Siddhanta-Siddhanta Theistik dalam Weda. Dengan demikian Tuhan Yang Maha Esa juga dikenal sebagai Ananta Kalyana Gunanidhi atau samudera kemuliaan yang tidak terbatas. Secara khusus pengutamaan atas aspek Pribadi (Personal) Tuhan merupakan sumbangan keinsafan Waisnawa bagi kekayaan konsep Ketuhanan dalam Hindu. Apabila Upanishad menjelaskan Para Brahman sebagai nirgunam atau tanpa sifat, menurut Vaishnava Siddhanta bukanlah berarti bahwa Brahman sungguh-sungguh tidak memiliki sifat apapun, namun hal ini bermakna bahwa Beliau tidak memiliki rupa dan sifat duniawi yang penuh kekurangan seperti makhluk fana. Nirguna juga bermakna bahwa Beliau sepenuhnya berada di atas pengaruh tiga sifat alam yaitu kebaikan, penuh nafsu dan kebodohan. Dengan demikian Beliau disebut pula sebagai Tri Guna. Apabila kata Nirguna ini diterima sebagai keadaan tanpa sifat apapun, maka akan timbul ketidaksesuaian di antara deskripsi sastra-sastra suci Veda. Kontradiksi antar pernyataan Veda tidak boleh ada dalam penjelasan yang berasal dari perguruan-perguruan filsafat Vaishnava.
Pribadi Para Brahman berada dalam sifat kebaikan murni yang mutlak, non relatif, yang diistilahkan sebagai keadaan Wisuddha-Sattwam, yang tidak mungkin hadir dalam diri makhluk terikat manapun. Pribadi Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa, Sri Bhagavan dalam terminologi Vaishnava, tidak pernah jatuh dari keadaan ini. Kitab suci menguraikan delapan belas kekurangan atau sifat-sifat negatif yang tampak dalam diri roh terikat yaitu: jatuh dalam khayalan, rasa kantuk, tidak beradab, nafsu birahi, loba, kegilaan, iri hati, kelicikan, meratap sedih, berusaha terlampau keras, kecenderungan menipu, amarah, ketakutan, berbuat kesalahan, ketidaksabaran, dan ketergantungan. Kitab suci menyatakan dengan jelas bahwa sifat-sifat Tuhan sepenuhnya bebas dari segala kelemahan dan kekurangan ini. Maka dalam Waishnava Siddhanta, Heya-Pratyanikatva atau tidak adanya sifat-sifat duniawi merupakan salah satu indikasi pengenal dari Kebenaran Mutlak Tertinggi yang merupakan pemilik sifat-sifat mulia yang tak terbatas. Jadi dua hal ini, yaitu tidak adanya kekurangan atau tidak adanya sifat negatif dan penuh kemuliaan, merupakan dua indikasi terpenting dari Para Brahman. Dalam Vedanta, Nirguna dan Saguna tidak menyatakan dua substansi yang berbeda. Para Brahman adalah Nirguna dalam artian Heya-Pratyanikatva dan Saguna dalam artian Kalyana-Gunakaratva.
Sebuah kesimpulan sementara yang bisa saya pahami dari ajaran weda yaitu Hindu merangkul semua nama nama suci tuhan. Hindu memfasilitasi seorang Bhakta untuk memuja tuhan yang bersifat Nirguna Brahman atau tuhan tidak berwujud dan tuhan Saguna Brahman atau tuhan yang memiliki wujud. Di setiap purana pastinya personal yang menjadi judul purana itu yang diragukan dan disebutkan tuhan tertinggi dan saya sangat menerima hal itu. yang akan menjadi masalah dan merupakan hal yang sia sia dimana si para bhakta itu ngotot akan tuhan yang diyakini lewat purana. Masing masing ngotot menganggap tuhan menurut versinya adalah yang paling tinggi. Nama nama tuhan lain dianggap hanyalah ngontrak di Mercapada ini. Sifat ini yang menurut saya tak elok kalau jadi seorang pemuja tuhan. Ranah ketuhanan adalah ranah pribadi keyakinan masing masing individu sesuai sifat yang mendominasi dan sesuai karma. Beda orang pastinya beda ketuhanan yang diyakini. Berbeda bukan harus claim untuk superior. Layaknya pelangi yang indah dimana perbedaan ini saling melengkapi satu sama lain. Bukan saling mendominasi yang lain. Agama merupakan pengetahuan yang tidak ada habisnya untuk kita gali. Dan untuk memantapkan kita dalam berspiritual, mencari jati diri, dan untuk mengerti tujuan hidup. Tuhan menurut saya, mungkin bisa dianalogikan dengan udara yang masuk ke dalam balon. Jadi Udara yang memenuhi alam semesta tidak berkurang karenanya, tetapi udara dalam balon terkurung oleh wajahnya atau bentuk balon itu sendiri. Ketika udara masuk ke dalam balon maka udara tersebut tidak bebas kemana-mana memenuhi alam semesta ini, ia hanya memenuhi ruang lingkupnya sendiri. Pertanyaannya apakah udara dalam balon itu sama dengan udara yang memenuhi alam semesta ?
Jawabannya jelas sama, tetapi yang beda tekanannya, pergerakannya dan volumenya. Jadi jika balon itu meletus maka selesailah tugasnya untuk memenuhi atau mengIsi balon tersebut. Kita tidak bisa bertengkar lagi untuk bIsa menunjukkan udara yang ada di dalam balon tadi, dan kita tidak bisa mengkapling udara tadi tetap seperti apa yang ada dalam balon tersebut dan tidak bIsa juga terus mepertahankan pendapat bahwa udara yang sesungguhnya adalah udara yang ada di dalam balon, atau jangan beranggapan bahwa udara yang ada di alam semesta ini bersumber dari udara yang ada dalam balon tadi, melainkan udara yang ada dalam balon itulah bersumber dari udara yang ada di alam semesta. Mohon maaf ini hanya sekedar contoh dari sebuah balon udara. Mungkin udara itu akan bisa masuk pada miliaran balon, ban, ruangan dan lain sebagainya. Tapi tak akan pernah habis dan berkurang. Jadi udara ini bukanlah udara yang ada pada sebuah balon, tapi ia akan bisa mengambil berbagai bentuk ruang yang ada. Mungkin Seperti itulah keadaan Tuhan Yang Maha Esa bagaikan udara yang ada di alam semesta ini.