Senin, 30 Desember 2013

Mengapa Hindu Di Bali Memiliki Banyak Pelinggih?

Di Bali hampir semua rumah orang Bali yang beragama Hindu memiliki Pelinggih Kemulan. Menurut kepercayaan masyarakat Bali, Pelinggih Kemulan adalah Stana dari Sanghyang Tri Murti dan Sanghyang Tri Purusa. Di areal kemulan biasanya ada Pelinggih Gedong dan Taksu. Kenapa di Bali banyak sekali ada Pelinggih? Karena di Bali walaupun umatnya penganut paham Siwa Sidhanta bukan berarti hanya memuja Siwa, melainkan memuja semua Dewa. Kalau ingin memuja Saraswati pasti di Pelinggih Gedong atau Taksu. Sementara Sanghyang Kala Raksa di Pelinggih penunggu Karang, Pelinggih Ratu Gede Segara adalah stana dari penguasa laut. Pelinggih gunung Agung dan gunung Sari adalah stana dari penguasa gunung. Orang Bali juga memuja dewa matahari, makanya ada Pelinggih Surya. Selain itu, setiap pagi, para Sulinggih di Bali melakukan ritual Surya Sewana atau memuja Surya.

Orang Bali juga memuja saktinya Dewa Siwa seperti Dewi Uma di Ulun Carik, Dewi Sri di lumbung padi, Bhatari Rambut Sedana di Pelinggih yang ada di pasar. Dan Pelinggih Saluang atau menjangan yang merupakan simbol dari kendaraan Mpu Kuturan. Apakah orang Bali memuja Dewi Durga? Jawabannya adalah " ya " Pelinggih Penunggu Karang menurut Mitologi Hindu Bali adalah stana dari Dewi Durga. Beliau juga dipuja saat Galungan. Makanya pada saat Galungan orang Bali memasang Candigaan di setiap Pelinggih yang ada di Kemulan atau Merajan. Perlu diketahui bahwa Candigaan berasal dari kata Candika yang tidak lain adalah Durga itu sendiri. Apakah orang Bali memuja Khrisna? Jawabannya adalah ya. Karena di Bali, Khrisna itu disimbolkan dengan Wisnu yang berstana di pura Bale Agung. 

Mengapa Hindu Memiliki Banyak Tuhan? Dalam buku yang ditulis oleh Bpk Imang Sugiharta dengan judul Menggugat Para Penghujat Hindu pada bab yang berjudul Menjawab Pertanyaan yang tercecer dijelaskan bahwa pada dasarnya Hindu itu meyakini bahwa tuhan itu hanya satu akan tetapi tuhan disebut dengan banyak nama yang indah seperti dijelaskan dalam Reg Weda bahwa tuhan itu satu tetapi orang bijaksana menyebut dengan banyak nama. Tuhan bisa disebut dewa yang berarti maha bercahaya, disebut Bhatara yang berarti maha pelindung, Parama Siwa yang artinya maha mulia, Prajapati yang artinya penguasa atas semua ciptaan. Umat Hindu di Indonesia menyebut tuhan dengan nama Ida Sanghyang Widhi Wasa. Tetapi di dalam kitab Mandukya Upanisad 1-1 disebutkan Om atau Ong adalah nama tertinggi tuhan. Sedangkan Brahman, Ida Sanghyang Widhi Wasa, Prajapati dan nama-nama yang banyak itu adalah nama-nama tuhan yang lain. Ada juga istilah Awatara. Dalam bahasa Sanskrit, Awatara artinya turun. Yakni tuhan turun atau bereinkarnasi ke bumi dengan mengambil wujud manusia atau wujud mahluk lain untuk menegakkan kebenaran. Awatara juga manifestasi Wisnu ke bumi bukan akibat dari Karma tetapi merupakan pilihan bebas karena kekuatan dan penguasaan atas sifatnya sendiri.
          
Kenapa Hindu punya dewa perusak? Pertanyaan seperti ini sering dilontarkan baik secara lisan maupun tulisan di media sosial. Sebenarnya tuhan tidak memilki aspek sebagai maha perusak. Makanya di Hindu tidak dikenal adanya dewa perusak. Dewa Siwa adalah dewa pelebur. Kata pelebur jelas tidak sama dengan perusak. Kalau seorang tukang Pande emas hendak mengubah bentuk sebuah cincin emas yang sudah usang maka si tukang Pande harus melebur dahulu cincin tersebut. Kemudian membentuk kembali dengan model yang baru. Beda dengan kalau cincin itu dirusak pasti akan menjadi berantakan tidak karuan. Manusia mati juga merupakan proses peleburan untuk kemudian jiwanya bereinkarnasi. Termasuk jagat raya ini kalau sudah tiba waktunya kelak, maka dewa Siwa akan melakukan peleburan untuk pembentukan kembali. Jadi kalau ada buku-buku pelajaran sekolah yang mengatakan dewa Siwa sebagai dewa perusak adalah salah besar dan jangan dipercaya.



Jumat, 15 November 2013

Sosok Dewi Durga Dalam Purana. Bag.1

Dalam bahasa Sanskerta, Durga berarti terpencil atau tidak bisa dimasuki. Sementara dalam bahasa Dewanagari, Durga berarti dewi kemenangan. Beliau memiliki beberapa senjata diantaranya Cakram, petir, teratai, ular, pedang, Gada, terompet kerang, dan Trisula. Sementara kendaraannya adalah Dawon atau macan atau juga singa. beliau memiliki banyak tangan dan memegang banyak tangan dengan posisi Mudra. Dewi Durga memiliki banyak nama diantaranya Dewi Uma, Dewi Parwati, Dewi Kali, Dewi Candika dan lain-lain. Dewi Durga adalah istri dari Dewa Siwa dan memiliki putra yang bernama Bhatara Kala.

Kebanyakan umat Hindu mengira bahwa Dewi Durga adalah dewi yang menakutkan dan menyeramkan, padahal tidak seperti itu. Bahkan di Bali, Dewi Durga dilambangkan dalam wujud Rangda. Mungkin anda tidak tahu bahwa Dewi Durga adalah dewi yang bertugas untuk membasmi kejahatan dan menolong orang-orang yang teraniaya. Jika anda beranggapan bahwa Dewi Durga dipuja oleh orang-orang jahat dan penganut ilmu hitam, mulai sekarang anda harus menghapus anggapan keliru itu. Sebenarnya Dewi Durga itu dipuja oleh orang yang terancam jiwanya. Mereka memohon anugerah berupa kesaktian dari Dewi Durga untuk membasmi orang-orang jahat. 

Dewi Durga juga dipuja oleh orang-orang yang menekuni dunia supra natural seperti misalnya Jero Dasaran, Balian, dan sebagainya. Tujuannya untuk menolong orang-orang yang terancam jiwanya seperti terserang penyakit Desti, Teluh, dan Terangjana. Dewi Durga bukan hanya dewa pelebur, pemusnah, dan pembasmi. Beliau juga bersedia menyembuhkan orang-orang yang memiliki penyakit yang sudah sekarat. Makanya di Bali ada istilah Nunas di Dalem atau Nebusin, dan lain-lain. Tujuannya untuk menentukan apakah beliau berkenan untuk menyembuhkan nyawanya.
        
Di Bali ada istilah Nebusin yaitu menebus roh yang dijadikan agunan oleh orang-orang yang menekuni ilmu hitam. Bila orang Bali mengalami suatu penyakit dan sukar sembuhnya maka disarankan untuk mengadakan upacara Nebusin di pura Dalem. Tujuannya untuk menukar roh seseorang yang rencananya dikorbankan untuk ilmu hitam kemudian diganti dengan korban ayam hitam atau sesajen lain yang dipersembahkan kepada dewi Durga.
        
Barangsiapa memuja beliau, maka mereka dipastikan akan dijauhkan dari segala mara bahaya. Di Indonesia ada konsep yang salah mengenai Dewi Durga. Beliau dianggap sebagai ratunya para setan Dedemit. Padahal beliau ini menguasai mereka. Dan jika tanpa beliau, maka semua unsur iblis ini akan merajalela tidak terkendali. Di India dan di seluruh dunia beliau adalah dewi yang paling dipuja demi mendapatkan perlindungan dari serangan ilmu hitam.
                    
Apakah anda tahu? diantara semua dewa, mana yang paling dipuja oleh umat Hindu pada saat hari Galungan? Tentu saja Dewi Durga. Makanya di Bali pada saat hari Galungan pasti memasang Sampian Candigaan. Karena Candigaan berasal dari kata Candika, sementara Candika adalah nama lain dari Dewi Durga. Jika di India ada perayaan khusus untuk memuja Dewi Durga, perayaan itu bernama Durga Puja, Kalipuja, dan Wijaya Dasami.
             
Sementara di Bali tidak ada perayaan khusus yang memuja Dewi Durga. Karena Stana Dewi Durga hanya ada di pura Dalem.
Sedangkan Piodalan di pura Dalem selalu berbeda antara desa satu dengan desa lainnya. Dewi Durga sebagian besar dipuja oleh penganut aliran Tantrayana. Ciri khas persembahan untuk Dewi Durga adalah daging babi. Makanya pada saat hari Penampahan Galungan, masyarakat Bali membuat Upakara di halaman rumah berupa Pabiakalan didasari Apejatian, Tebasan Galungan, Penyeneng, dan Canang Genten yang dipersembahkan kepada Dewi Durga. Pada saat Penampahan juga memasang Penjor dengan Sanggah Cucuk sebagai tempat Upakara yadnya kepada Durga dalam wujud beliau sebagai Dewi Uma.

Di Bali, umat Hindu secara umum memang tidak banyak yang mengerti Mantra Mrtyunjaya yang dianugerahkan Dewi Durgha untuk Raja Sri Aji Jaya Kasunu yang juga sebagai pelindung jagat Bali. Namun, hasrat untuk mengusir mara bahaya, wabah penyakit dan sejenisnya itu terwujud dalam bentuk praktik tradisi merayakan Galungan yang disertai dengan pemasangan Penjor di depan rumah penduduk, sehari sebelumnya yaitu pada Selasa Wage Dungulan, diamanatkan untuk melaksanakan upacara Abeyakala disertai dengan bersenang-senang makan dan minum dengan terlebih dahulu mempersembahkan sesajen di pura masing-masing. Itu semua titah Bhatari Durgha, dan rakyat Bali hingga kini patuh untuk melaksanakannya, karena dengan memasang Penjor mereka yakin telah melakukan usaha untuk memenangkan dirinya terhadap berbagai halangan.
          


         
      

Rabu, 16 Oktober 2013

Kenapa Kita Harus Belajar Spiritual? Bag.1

Kenapa seseorang diwajibkan belajar spiritual? Menurut saya, dengan mempelajari spiritual seseorang diharapkan menjadi manusia yang arif dan bijaksana. Bukan manusia pintar ya? Ingat, pintar dan bijaksana itu berbeda. Contohnya, orang yang sangat pintar merakit bom lalu meledakkan bom di zona dakwah tidak bisa disebut bijaksana. Begitu juga orang yang pintar menimbun barang belum tentu orang tersebut bijaksana. Seperti kejadian belakangan ini banyak produsen serta toko-toko menimbun minyak goreng demi keuntungan pribadi dan keuntungan beberapa kelompok namun tindakan mereka menyengsarakan rakyat. Minyak goreng yang seharusnya diperoleh dengan harga murah justru harganya semakin mencekik leher.
            
Dalam situasi pandemi ini kita seharusnya saling berbagi. Yang berlimpah harta seharusnya berbagi dengan orang-orang yang miskin harta. Tapi justru sebaliknya. Orang yang berkelimpahan harta malah ingin menyengsarakan rakyat. Orang-orang jaman sekarang sepertinya sedang mengalami degradasi moral. Berbeda dengan jaman dahulu. Seseorang bekerja demi kesejahtraan seluruh umat manusia. Makanya ada istilah bekerja tanpa pamrih. Bukan berarti kita tidak butuh uang, bukan pula tidak butuh imbalan. Melainkan kita diharapkan bekerja di jalan Dharma dan bekerja secara jujur. Berkarya mengutamakan kualitas, bukan meraup keuntungan banyak tetapi menyengsarakan rakyat.
             
Contoh lainnya, demi meraup untung besar, ada oknum produsen makanan tega mencampurkan produknya dengan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Yang mengakibatkan kesehatan konsumen terganggu. Kita seharusnya bekerja demi keselamatan manusia bukan menghancurkan manusia. Seorang Terapis kesehatan seharusnya melindungi Klien-nya agar bisa hidup dengan sehat. Tetapi apa daya? Seperti yang diberitakan di media televisi baru-baru ini ada beberapa wanita yang tewas di tangan seorang Terapis Ilegal gara-gara payudaranya disuntik silikon. Maksud hati ingin mendapatkan payudara indah, namun apa daya justru maut menjemput.
              
Di saat pandemi seperti ini banyak manusia yang ingin menghalalkan segala cara. Entah orang lain sengsara, mereka tidak mau tahu. Yang penting dapat untung banyak. Inilah ciri-ciri sifat manusia di jaman Kaliyuga. Kejujuran sulit ditemukan di jaman ini. Dokumen-dokumen penting banyak yang dipalsukan oleh oknum-oknum yang tak bertanggungjawab seperti pemalsuan surat tes PCR atau Antigen. Wahai umat sedharma, mulai dari sekarang kita harus belajar spiritual. Punya buku-buku Hindu jangan cuma dipajang. Tetapi dibaca lalu diamalkan. Selain kita diharapkan agar pintar, kita juga dituntut agar bijaksana.

Selasa, 22 Januari 2013

Poligami Menurut Perspektif Hindu.

Hindu memberikan kebebasan pada umatnya dalam menentukan pilihan hidupnya. Ada yang ingin membujang seumur hidupnya. Ada yang menikah hanya satu kali atau lebih, semuanya boleh boleh saja asalkan memenuhi standar kebenaran. Dalam artian, jika ada laki laki yang memiliki fisik normal dan sehat, mampu mengendalikan hawa nafsunya dan tidak tergoda dengan wanita cantik sehingga ia membujang seumur hidupnya, laki laki tersebut bisa dikatakan Nyukla Brahmacari. Akan tetapi jika ada laki laki yang membujang seumur hidupnya, namun ia tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya, suka melakukan seks bebas, seks pranikah, suka gonta ganti pasangan, suka nyari cewek cafe, laki laki tersebut tidak bisa dikatakan Nyukla Brahmacari. Banyak kategori laki laki yang tidak bisa dikatakan Nyukla Brahmacari meskipun ia tidak punya istri selama hidupnya seperti contoh waria, laki laki impoten, laki laki mengidap penyakit gangguan jiwa, cacat fisik sehingga tidak ada wanita yang tertarik untuk menjadi pendampingnya, dan lain sebagainya.

Dalam Hindu ada juga istilah Sawala Brahmacari yaitu laki laki yang tergolong setia sama satu pasangan. Sehingga ia bertekad untuk menikah hanya satu kali. Karena ia masih teringat ketika mengucapkan sumpah di depan saksi adat saat melangsungkan upacara Pawiwahan bahwa ia akan tetap setia pada pasangannya sampai ajal menjemputnya. Ia tidak mau menikah lagi walaupun istrinya sakit sakitan, gila dadakan, mandul, bahkan istrinya meninggal. Laki laki tersebut bisa dikatakan melakukan Sawala Brahmacari. Ada juga laki laki yang menikah lebih dari satu kali yang disebut Tresna Brahmacari. Kalau perkawinannya tidak bisa menghasilkan keturunan, ia akan menikah lagi sampai berhasil memiliki keturunan. Karena umat Hindu di Bali memiliki mitos jika laki laki tidak memiliki keturunan, maka jika ia meninggal, ia akan digantung di pohon bambu di neraka. Jika anda pernah membaca cerita Jaratkaru, anda pasti mengerti maksud tulisan ini.

Begitu juga dengan raja raja di Bali pada jaman dahulu sebagian besar memiliki istri lebih dari satu. Alasannya satu yaitu agar berhasil memiliki keturunan. Bukan karena menghumbar hawa nafsu atau hoby mengoleksi wanita wanita cantik. Tapi jaman sekarang berbeda. Laki laki sudah memiliki istri cantik, sehat, dan mampu memiliki keturunan, tapi masih saja tergoda dengan wanita lain, itu bukan Tresna Brahmacari namanya. Melainkan nafsu yang kebablasan. Apa itu salah? Salah sih tidak. Karena itu hak anda. Dan uang yang anda gunakan untuk upacara Pawiwahan pun adalah uang anda. Salahnya cuma anda adalah laki laki yang mudah tergoda. Menurut berita yang pernah saya baca, di salah satu desa di Bali ada tradisi yang tidak memperbolehkan laki laki untuk berpoligami. Tradisi tersebut berlaku di desa Penglipuran Bangli. Jika ada laki laki yang melanggar undang undang tersebut, maka laki laki tersebut akan dibuang bersama istri barunya di suatu tempat yang bernama Karang Memadu.

Pada dasarnya Hindu tidak melarang umatnya untuk melakukan poligami. Di sisi lain juga tidak menganjurkan umatnya untuk melakukan poligami. Karena Hindu itu sifatnya fleksibel dan universal. Dalam buku Manawa Dharmasastra ada sloka yang membahas mengenai perkawinan dimana dibolehkannya seorang laki-laki untuk beristri empat orang atau disebut Kresna Brahmacari. Dalam lontar Werti Sasana juga dijelaskan mengenai Sewala Brahmacari atau boleh memiliki istri dua.Sedangkan dalam kitab Bhavisya Purana dijelaskan mengenai wanita dan perkawinan. Baca juga kitab Kamasutra Vatsyayana. Dalam Hindu juga tidak melarang wanita untuk melakukan poliandri seperti yang dijelaskan dalam Parasara Dharmasastra pada halaman 69. Berikut kutipannya " Seorang wanita bersuami boleh mengambil seorang suami yang kedua dalam keadaan yang mendesak bila suaminya yang pertama selalu berbuat semena-mena, mati, menjadi pertapa, kehilangan kejantanan atau turun derajatnya. 

Itu adalah pandangan menurut lontar. Lalu bagaimana dengan pandangan masyarakat? Setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda karena Hindu memberikan kebebasan untuk berpendapat. Pro dan kontra sudah pasti terjadi dalam setiap masalah. Itu sah-sah saja karena Hindu adalah ajaran yang sangat fleksibel dan universal. Namun ada juga sebagian orang yang memiliki pendapat sama dengan apa yang tertuang dalam lontar bahwa poligami dibenarkan kalau ada persetujuan dari istri pertama dan mampu berbuat adil, terutama memberi kesejahteraan jasmani dan rohani. Karena fakta di lapangan hampir 50 persen wanita Bali yang dipoligami. Lagipula orang Bali lebih banyak memakai adat, sementara adat Bali berbeda-beda. Tapi Kalau dari undang-undang perkawinan, sebenarnya tidak boleh jika istri pertama tidak mengijinkan. Tapi prakteknya hanya berlaku pada pegawai negeri sipil atau PNS. Kalau bukan PNS, jarang saya dengar yang mempersoalkan.

Tapi ada juga yang kontra terhadap praktek poligami karena dari sisi etika, kurang pas. Namun harus dilihat alasannya, apakah sudah mendapatkan persetujuan dari istri pertama atau belum?  Kalau tidak salah, undang-undang perkawinan mungkin membolehkan. Tapi ada juga yang tidak setuju karena sudah ada pengingkaran cinta seperti komitmen awal mau kawin. Itu artinya sudah ada pengkhianatan cinta. Nah, disinilah ketidaksesuaiannya dengan nilai agama. Berarti suami tidak setia. Sekarang keputusan ada di tangan istri, bisa menerima atau tidak?. Berikut ini ada juga yang memiliki pandangan yang berbeda. Yaitu Pada suatu seminar tentang dunia perhotelan, seorang pembicara berkata bahwa mungkin 90% bahkan 100% orang Bali tidak pernah melakukan bulan madu di hotel dalam perkawinannya sebagaimana dilakukan oleh orang kaya atau pejabat dari etnis atau agama lain. Walaupun itu mungkin ada benarnya, tapi saya bangga kalau orang Bali biarpun orang kaya, para pejabatnya relatif langgeng dalam kehidupan rumah tangganya atau prosentasenya sangat kecil dalam bidang kawin dan cerai atau mengkoleksi istri-istri sebagaimana terjadi pada pejabat atau orang kaya dari etnis atau agama lain. Dan kalaupun ada, itu hanya terjadi dalam sejarah raja-raja tempo dulu. Dimana orang Bali modern sudah tidak tertarik melakukannya lagi. Sementara orang-orang dari etnis atau agama lain masih mewarisi dan melakukan kebiasaan tersebut sampai sekarang.

Dulu mungkin pertimbangan banyak istri tidak semata masalah nafsu. Bisa saja hal itu dilakukan karena kerakusan manusia atau karena raja punya kekuasaan tak terbatas atau pertimbangan lain yang dasar-dasar terjadinya, kita tidak tahu secara terperinci. Ajaran Hindu hanya mengemukakan simbol watak manusia yang faktanya memang ada dan umat Hindu disuruh memilih secara Wiweka, mana baik dan mana buruk. Satu-satunya kekuatan Hindu sehingga bisa bertahan sampai sekarang adalah karena ajaran Hindu boleh ditafsir ulang, tidak Dogmatis semata. Buktinya dasar dan sumber hukum agama Hindu seperti kitab Manawa Darmasastra, tapi faktanya tidak semua prinsip dalam kitab tersebut diterima dan dimasukkan dalam peraturan Majapahit. Tapi dipilah sesuai situasi dan kondisi pada saat itu. Sementara dalam buku Anand Khrisna yang berjudul Tujuh Langkah Menuju Keluarga Bahagia dijelaskan bahwa jaman dulu kawin lagi hanya diperbolehkan bila seorang istri tidak bisa melahirkan. Itu pun bila di mata pasangan itu, urusan keturunan menjadi sangat penting. Dalam hal itu kawin lagi tidak menjadi hak prerogatif kaum pria. Perempuan pun dapat melakukannya. Karena yang bermasalah bukan hanya perempuan atau istri. Bisa saja dari pria atau suami. Sementara Poliandri oleh seorang perempuan disebut zinah. Tetapi Poligami yang dilakukan oleh kaum pria dianggap sah sah saja. Aneh!. 

Sabtu, 05 Januari 2013

Apakah Berbohong Dibenarkan Dalam Ajaran Hindu?

Hampir semua umat Hindu tahu dan memahami tentang ajaran etika yang fundamental yaitu Trikaya Parisuda yang merupakan ajaran untuk mencapai kesempurnaan dan kesucian hidupnya. Tetapi sebagian dari kita mungkin tidak tahu selain ajaran tentang kejujuran, ada juga ajaran yang membolehkan kita berbohong dan tidak mengakibatkan dosa. Seperti yang dijelaskan dalam Canakya Nitisastra Sloka 12 bab 7 " Janganlah hidup terlalu lurus atau terlalu jujur. Sebab begitu anda pergi ke hutan, anda akan melihat pohon-pohon yang lurus pasti akan ditebang. Sedangkan pohon yang bengkok dibiarkan untuk hidup. Ini sama dengan hal hidup di dunia. Kalau terlalu jujur pasti akan dimanfaatkan orang. Dalam Sarasamuscaya sloka 134 juga dijelaskan bahwa pada hakekatnya perkataan yang tidak benar bukan bohong namanya. Sebaliknya perkataan yang benar belum tentu bisa disebut kebenaran. Melainkan sesungguhnya biarpun bohong kata-kata itu namun jika selalu menimbulkan kebaikan saja serta menyenangkan semua mahluk hidup, itulah disebut kebenaran. Begitu juga sebaljknya, meskipun berkata sesuai dengan apa yang terjadi namun tidak mengakibatkan senang semua mahluk hidup, itulah disebut dusta.
            
Kebohongan itu ada lima jenis yang disebut dengan Panca Nerta yaitu kebohongan yang pertama adalah berbohong kepada anak kecil seperti contoh tidak boleh duduk diatas bantal nanti pantatnya bisul. Kebohongan seperti itu adalah untuk menakut-nakuti anak kecil agar tidak duduk di atas bantal. Karena bantal itu seharusnya untuk kepala. Kebohongan kedua adalah berbohong kepada istri. Untuk menjaga perasaan seorang istri, sang suami akan selalu mengatakan di depan istrinya bahwa masakan istrinya sangat enak walaupun masakannya terasa hambar karena kurang garam atau kurang penyedap rasa. Kebohongan seperti itu bertujuan agar hubungan rumah tangga tetap harmonis. 

Kebohongan ketiga adalah kebohongan seorang pedagang saat melakukan transaksi. Kebohongan seperti itu diperbolehkan oleh dewa rejeki. Misalnya harga beli sebuah produk sebesar seribu rupiah. Tetapi pedagang akan menjualnya kembali dengan harga dua ribu rupiah. Dan pedagang akan mendapatkan laba sebesar seribu rupiah. Berbohong keempat adalah berbohong kepada musuh demi keselamatan nyawa kita. Dalam kisah Mahabharata, Sri Khrisna yang konon titisan dewa Wisnu juga pernah berbohong pada saat menyuruh Yudistira agar menyebarkan berita bohong tentang kematian Aswatama saat berlangsungnya peperangan di Kuruksetra untuk mengalahkan Guru Drona. Dan berbohong yang terakhir atau yang kelima adalah berbohong kepada orang yang sedang sakit keras. Seorang dokter walaupun mengetahui bahwa sisa hidup si pasien tidak lama lagi, tetapi seorang dokter tidak mau berkata terang-terangan pada si pasien. Justru seorang dokter tetap memberikan semangat pada pasiennya. Itulah yang disebut dengan kebijaksanaan karena dalam hidup yang diperlukan adalah kedamaian. Selama tidak merugikan siapapun, berbohong itu dibenarkan misalnya mengatakan diri selalu bahagia, padahal sedang tidak bahagia. Tujuannya untuk memotivasi diri dan menumbuhkan sugesti dalam diri.