Kamis, 11 Agustus 2022

Diet Vegetarian Menurut Hindu.

Ada perbedaan pandang tentang diet vegetarien bagi umat beragama dengan umat yang merintis untuk menekuni jalan Spiritual. Sebenarnya perbedaan pandang terhadap vegetarian tidak harus diperlebar ke arah agama atau kepercayaan. Karena ada banyak alasan orang untuk bervegetarian . Ada orang bervegetarian karena diet untuk Kesehatan atas saran Dokter. Ada yang bervegetarian karena sayang binatang.  Ada pula yang tidak makan daging tertentu, karena kepercayaan di dalam keluarga secara turun temurun.
Dan  khusus bagi orang yang belajar  menekuni jalan Kerohanian , diet Vegetarian adalah bagian dari prinsip Tapa dan Brata sebagai dasar  untuk tujuan dari Kerohanian yang dipelajari.

Vegetarian bukan bagian dari agama atau Kepercayaan tertentu. Di dalam masyarakat beragama ada banyak yang memilih hidup dengan diet vegetarian , begitu pula tidak semua orang yang belajar yoga dan spiritual akan pasti bervegetarian. Hidup bervegetarian adalah tergantung keyakinan seorang terhadap manfaatnya. Bervegetarian pun bukan sebuah jaminan akan bisa mencapai keadaan yang diharapkan atau yang menjadi dasar untuk bervegetarian.  Karena secara nyata manfaat dari vegetarian ada pada kesehatan untuk tubuh dan mungkin ada rasa  kedamaian dari kesadaran diri yang bisa mengasihi dan menghormati hidup orang lain.

Sesungguhnya  setiap yang hidup memiliki jiwa yang bersumber dari Yang Esa. Kita adalah   bersaudara dari sumber yang sama , maka tidaklah salah bila seorang bisa memiliki kesadaran untuk bervegetarian karena keinginan untuk mengasihi setiap mahkluk hidup. Hidup yang saling mengasihi dari kesadaran diri sebagai saudara , sangat dibutuhkan untuk terwujudnya kehidupan yang damai dan sejahtera. Dan setiap agama juga mengajarkan hal yang sama , dan bila di dalam diri setiap umat bisa tumbuh kesadaran itu untuk mengamalkan ajaran yang bisa saling mengasihi dan menghormati antar sesama manusia , maka kehidupan akan menjadi sangat indah dan nyaman untuk dinikmati bersama.

Tattwam asi  merupakan sebuah ungkapan untuk bisa dihayati maknanya , bahwa setiap jiwa yang hidup di dalam semua mahkluk hidup adalah saudara yang bersumber dari Tuhan Yang Esa.
Semoga kedepan pemikiran yang positif akan terus bermunculan dari segala arah , sehingga dapat memicu tumbuhnya kesadaran luhur di dalam diri masing masing umat , karena hanya bila ada  perubahan sudut pandang dari yang negatif menjadi yang positif , semua keadaan buruk akan bisa berubah menjadi suasana damai dan bahagia.

Sabtu, 06 Agustus 2022

Kenapa Umat Hindu Di Bali Memuja Leluhur? Bag.2

Kenapa umat Hindu di Bali memuja leluhur? Kenapa harus memiliki
Pelinggih Kemulan? Dan kenapa tidak langsung memuja tuhan? Pertanyaan tersebut sering dilontarkan oleh orang-orang yang tidak
mengerti dengan tradisi Hindu di Bali. Jika kita belajar Hindu secara
kronologis dan komprehensif, maka kita akan tahu jawabannya.

Kita lihat di India, seorang anak akan menyentuh kaki orang tuanya untuk
mendapatkan restu dari orang tua. Sementara di Bali, kita tidak
menyentuh kaki orang tua tiap hari tetapi kita diajarkan selalu hormat
dan bhakti pada orang tua bukan hanya pada saat masih hidup tapi
sampai mereka meninggal menjadi leluhur. Pasalnya umat Hindu di Bali
meyakini seorang anak tidak akan bisa membalas kebaikan orang tua
bukan hanya pada saat mereka masih hidup. Bahkan sampai meninggal pun
seorang anak memohon restu pada orang tua di Sanggah Kemulan. Pelinggih Kemulan merupakan Pelinggih yang paling inti dalam Sanggah atau Merajan. Dalam Pelinggih Kemulan Rong Tiga sesungguhnya yang disembah atau disungsung adalah Ida Bhatara Guru atau leluhur yang telah suci. Masalah ini diputuskan dalam seminar kesatuan tafsir terhadap aspek-aspek agama Hindu dimana ditetapkan bahwa Kemulan Rong Tiga adalah Pelinggih Tri Murti atau Hyang Kamimitan atau Hyang Kemulan. 

Menurut Prof.Dr.Tjok Rai Sudharta Ma {Sarad no 41/2003} ada beberapa isi Lontar yang sejalan dengan penjelasan di atas adalah Lontar Usana Dewa yang menyebutkan pada Sanggah Kemulan yang berstana adalah Paramatma, Atma, dan Siwatma. Dalam Lontar Purwa Bumi Kemulan yang berstana di Sanggah Kemulan adalah Bhatara Hyang Guru atau Guru Rupaka. Sementara dalam Lontar Siwagama Kemulan yang berstana di Sanggah Kemulan adalah Sang Pitara. Mengapa kita menyembah leluhur yang telah suci? Kita melakukan hal itu karena tujuan akhir dari kehidupan manusia adalah bersatu dengan yang maha suci.
          
Sementara Menurut Lontar Purwa Gama Sesana, Rong Tiga ditujukan untuk Trimūrti yaitu Brahma, Wisnu, dan Iswara.
Sedangkan Menurut Lontar Sundarigama, Rong Tiga ditujukan untuk Hyang Guru atau Hyang Kemulan / Kemimitan. 
Kemulan berasal dari kata Mūla yang berarti sumber, jadi Rong Tiga (Kemulan) adalah tempat untuk memuja asal mula darimana segala sesuatu itu ada. Hyang Guru adalah sebutan untuk Śiwa.

Dalam Siwa Sidanta dikenal Tri Purusha yaitu tiga Sebutan Siwa diantaranya: Parama Siwa adalah Tuhan dalam keadaan tanpa aktifitas, ada dimana-mana dan maha tahu.
Kemudian Sada Siwa adalah tuhan yang sudah memiliki fungsi, sifat, aktifitas dan sudah menunjukan kemahakuasaan-Nya. Kemahakuasaan Tuhan ini dipersonifikasikan dalam wujud dewa-dewa, seperti:  Dewa Brahma dalam fungsinya sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai fungsinya pemelihara dan Dewa Siwa dalam fungsinya sebagai dewa pelebur alam beserta isinya. Dan tentu disinilah Siwa dapat disimbolkan seperti gambar yang ada ular dileherNya. Tentu juga gambar Dewa yang sudah kita ketahui adalah termasuk Sada Siwa. 
Lalu Siwa atau Siwatman adalah tuhan yang sudah terkena pengaruh oleh keduniawian yang memberi hidup (jiwa) pada semua mahluk di dunia ini. Jadi jika ada istilah seorang manusia meraga Siwa (biasanya untuk sulinggih) itu adalah benar adanya sesuai teori Hindu. Didalam diri beliau ada Siwatman. 

Kesimpulannya kita di Bali memuja semua aspek Siwa. Ketika menjadi Ida Sanghyang Widhi beliau kita panggil Paramasiwa. Ketika Tuhan beraktivitas menguasai segala aspek beliau kita panggil Sada Siwa. Dan jika Beliau berada di Sulinggih atau Sadhu atau orang suci kita sebut Siwatman.

Pengertian sanggah Kemulan berasal dari dua suku kata ;
Yakni sanggah yang berarti tempat pemujaan. Sedangkan kemulan berasal dari kata mūla yang berarti awal atau sumber. 
Jadi Sanggah Kemulan adalah tempat untuk memuja asal mula darimana manusia itu ada.

Siapakah nama dewa yang dipuja di sanggah kemulan?
Sesungguhnya yang dipuja pada Sanggah Kamulan adalah Ida Sang Hyang Widhi dalam wujud sebagai Sang Hyang Tri Atma, Sang Hyang Tri Purusa (Bhatara Guru) dan Sang Hyang Tri Murti disamping juga sebagai media pemujaan Hyang Dewa Pitara/Leluhur maka disini beliau disebut Guru Reka. Bhatara Hyang Guru yang juga disebut Sanghyang Pramesti Guru adalah guru sejati. Bhatara Surya memberikan gelar kehormatan “Bhatara Guru” sebagai ucapan terima kasih karena Dewa Surya telah menjadi salah satu muridnya Dewa Siwa.