Selasa, 21 Maret 2023

Tujuan Penciptaan Yang Misteri Bag.7

Katanya Tuhan maha penyayang dan maha pengasih. Lalu Mengapa di dunia ini selalu ada pertengkaran, pertikaian antar sesama, percecokan dalam keluarga, masyarakat, dalam politik, selalu kita jumpai hal-hal seperti itu yang ujung-ujungnya jadi permusuhan. Mengapa Tuhan tidak menciptakan kedamaian saja? Saya mendapatkan tantangan baru ketika mendengarkan pertanyaan seperti itu dari umat kita sendiri.
Perlu kita ketahui ya? Dalam ajaran Hindu, kita mengenal istilah Rwa Bhineda. Di dunia ini selalu ada Rwa Bhineda seperti listrik  ada positif dan negatif, ada siang dan malam. Orang Bali mengimplementasikannya dengan simbol Saput Poleng yaitu ada warna hitam dan juga ada warna putih. 

Jika diri kita punya Sraddha, maka segala sesuatunya akan memiliki makna.
Kita meminta kekuatan pada tuhan, maka Tuhan akan memberi kita kesulitan agar menjadi kuat.
Kita meminta kebijaksanaan, dan Tuhan memberikan masalah untuk kita selesaikan.
Kita meminta keberanian.. dan Tuhan memberikan bahaya untuk kita hadapi.
Kita meminta kasih sayang.. dan Tuhan memberikan orang orang susah untuk dibantu.

Tuhan tidak hanya menciptakan manusia tapi juga seluruh isi alam semesta. Disamping hukum Rta. Yang membuat adil adalah hukum Karmaphala. Mungkin tuhan menyesal menciptakan manusia yang diberi kelebihan akal dan intelegensi yang menyebabkan manusia berada dipuncak rantai makanan.

Saya tidak punya dasar tentang itu. Hanya memakai logika saja. memang benar dan saya yakin bahwa Tuhan maha penyayang. Bila kita ingin masuk surga, kita harus bersifat ke Dewan Dewan.  Bila kita ingin moksa, kita harus memiliki sifat seperti Tuhan. Karena Tuhan tahu dari Perbuatan bahkan pikiran kita. Bisa juga, kalau kita bersifat seperti Binatang, kelak kita akan jadi Binatang.

Di dunia ini sudah pasti akan selalu ada perdebatan, pertengkaran, bahkan dari zaman Treta Yuga, Dwapara Yuga. Jamannya Rama dan jamannya Khrisna. Saat itu sudah ada perang yang lebih dahsyat dari jaman sekarang. Terkadang semua seperti misteri yang tidak bisa kita pikirkan.

"Ketahuilah bahwa di seluruh alam semesta ini tidak ada yang lain selain Aku [brahman].
Aku tanpa kedua. Semua wajah adalah wajah-Ku, semua mata adalah mata-Ku, semua anggota badan adalah tubuh-Ku.
Itulah sebabnya apapun yang terlihat di matamu, semua itu hanyalah wujud-Ku. Aku akhir dan tengah. Aku pintu, Aku diluar dan Aku juga di dalam. Aku di depan dan Aku juga di belakang. Aku adalah terang dan Aku juga kegelapan. Aku matahari, Aku bulan, Aku bintang, dan Aku planet-planet. Aku adalah semua mahluk, Aku adalah roh, Aku adalah waktu, Aku kematian dan juga keabadian. Aku adalah masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Aku memang segalanya! Tidak ada ruang, waktu, arah, dan mahluk yang berbeda dari Aku. Tidak ada selain Aku dan hanya Aku yang tersisa!" - [Padma Purāṇa: Uttara-Khaṇḍa]

"Itulah sebabnya apapun yang terlihat di matamu, semua itu adalah wujud-Ku. Segala sesuatu berasal dari-Ku. Atas perintah-Ku segala sesuatu dapat dipertahankan, dan hanya atas perintah-Ku segala sesuatu dapat dihancurkan. Aku mengetahui segalanya, namun tiada satupun yang dapat mengenal-Ku dengan sebenarnya."
(Padma Purāṇa: Uttara-Khaṇḍa

Tuhanlah yang měmběrimu waktu, ruang, pěnyěbab, material, ide, kěmampuan, kěsěmpatan dan nasib baik. Měngapa ěngkau městi měrasa sěbagai pělaku?*
 (Bc.Bg.III.27)

Dalam cara apapun manusia mencintai Ku, dalam cara yang sama mereka menemukan cintaKu; Karena ada banyak jalan manusia , tetapi pada akhirnya mereka sampai pada Ku. Di sana mata hari tidak bercahaya, tidak bulan, tidak bintang_ bintang : kilat tidak bersinar di sana dan apalagi api bumi. Dari cahayanya semua ini memberi cahaya, dan cahayanya menerangi seluruh ciptaan. Engkau ibuku, dan ayahku  Engkau. Engkau temanku, dan guruku Engkau. Engkau kebijaksanaanku, dan kekayaanku. Engkau segalanya bagiku, O Tuhan dari Segala Tuhan. Melalui cinta,  beliau tahu Aku di dalam kebenaran, siapa Aku dan apa Aku. Dan ketika dia mengetahui aku di dalam kebenaran beliau mamasuki ragaku.


Minggu, 12 Maret 2023

Kasus Sulinggih Melakukan Pelecehan Seksual.

Pandita atau Sulinggih jaman dahulu sangat jauh berbeda dengan Sulinggih jaman sekarang. Kalau Pandita atau Sulinggih jaman dahulu betul betul Metaksu dan suci. Tidak gegabah, tidak emosi, jauh dari hiruk pikuk dunia, bisa mengendalikan hawa nafsunya, dan tidak berzinah. Pandita atau Sulinggih jaman dahulu menjadi panutan masyarakat karena beliau mampu memberikan wejangan yang sangat bermanfaat pada umatnya. Kalau sekarang beda ya? Mungkin karena sekarang sudah memasuki jaman Kaliyuga. Maaf, yang saya bahas disini adalah oknum Sulinggih yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya dan Sulinggih yang suka berzinah. Bukan pukul rata ya? Karena ada juga Sulinggih saat ini yang sangat bijaksana. Tetapi sekali lagi maaf, yang saya bahas disini adalah oknumnya.

Belakangan ini di media sosial ada berita yang sangat viral. Yaitu tentang oknum Sulinggih yang menyebarkan video mesum dengan selingkuhannya di media sosial. Berita ini mengingatkan kita dengan kejadian kasus terdahulu. Tahun lalu juga ada kasus serupa. Pelakunya
oknum Sulinggih juga. Dimana seorang Sulinggih menjadi tersangka gara-gara melakukan pelecehan seksual terhadap seorang wanita di hotel. Kok bisa? Kenapa Sulinggih yang seharusnya memberi contoh terbaik pada umatnya justru melakukan perbuatan tercela? Kira-kira bagaimana dulu proses belajar dan persiapan Diksa Pariksa oknum Sulinggih yang bermoral rendah tersebut? Siapakah Nabe oknum Sulinggih tersebut? Siapakah yang melakukan Diksa Pariksa sehingga ia menjadi Sulinggih? Apa tindakan Parisada terhadap para oknum Sulinggih tersebut?

Semoga Parisada meminta Nabe dari oknum Sulinggih tersebut mencabut gelar Sulinggih dan memecat mereka serta tidak mengakui sebagai Sisya Nabe yang bersangkutan menarik sertifikat yang pernah dikeluarkan. Ketika Sulinggih muda melakukan kesalahan, yang salah sastra Padiksaannya atau Walaka muda yang belum layak tetapi ambisius jadi Sulinggih? Atau Nabenya yang tidak tahu sastra? Atau Diksa Pariksanya yang asal-asalan, lalu siapa yang bertanggungjawab? Atau lepas tanggungjawab dengan mengorbankan umat Hindu di Indonesia untuk kepentingan pribadi? Apakah seseorang Mediksa tidak memerlukan uji kelayakan wawasan untuk menjadi Sulinggih. Dan apa tidak perlu ijin dari Parisada provinsi untuk layak didiksa?
           
Menanggapi kasus ini , harus ada institusi kebrahmanaan nasional yang Bonafide. Yang mengajarkan kurikulum Weda, kitab-kitab Hindu lain seperti Lontar-Lontar beserta praktikumnya. Ada uji kompetensi, Diksa Pariksa dengan seleksi yang teliti dan teregistrasi agar terkontrol dan terevaluasi baik. Kalau sudah menjadi seorang Sulinggih harus mengutamakan kebersihan jiwa. Yang paling utama adalah melepaskan diri dari keduniawian dan keterikatan. Ubah dan perbaikilah Sasana sebagai seorang Sulinggih. Jika sudah berada pada tatanan yang lebih tinggi, bukan malah berprilaku nista.
      
Sebaiknya seorang Sulinggih tidak terpengaruh oleh kesenangan. Sebab lantaran terikat kesenangan, mantra seorang Sulinggih tidak akan lagi memiliki kekuatan. Weda tidak akan menembus kehalusan Tatwa. Seorang Sulinggih yang suka melakukan hubungan badan dengan perempuan yang bukan istrinya disebut Wiku Anyolong Semara. Menurut sastra dan Sasana, Wiku Anyolong Semara seperti itu harus segera dicabut status kependetaannya.