Kamis, 07 Januari 2021

Yadnya Sesa Atau Banten Saiban.

Yadnya Sesa atau Mesaiban merupakan aktivitas yang biasa kita lakukan sehari-hari. Namun sudahkah kita tahu dasar kita melakukan Ngejot sehari-hari? Apa yang akan kita jawab ketika ada seorang Non Hindu yang bertanya alasan kita Ngejot? Tidak mungkin kita menjawab dengan pernyataan "Nak Mule Keto" Khan? Yang menjadi dasar hukum kita melakukan Ngejot bisa kita temukan dalam Weda salah satunya di Bagawadgita 3-13 yang berbunyi " Para penyembah tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa karena mereka makan makanan yang dipersembahkan terlebih dahulu untuk korban suci. Orang lain yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan Indria pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja. 

Yadnya sesa atau mebanten saiban merupakan penerapan dari ajaran kesusilaan Hindu, yang menuntut umat untuk selalu bersikap anersangsya yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan ambeg para mertha yaitu mendahulukan kepentingan di luar diri. Pelaksanaan yadnya sesa juga bermakna bahwa manusia setelah selesai memasak wajib memberikan persembahan berupa makanan, karena makanan merupakan sumber kehidupan di dunia ini. Tujuan Mesaiban yaitu sebagai wujud syukur atas apa yang di berikan Hyang Widhi kepada kita. 

Sebagaimana diketahui bahwa yadnya sebagai sarana untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa untuk memperoleh kesucian jiwa. Tidak saja kita menghubungkan diri dengan Tuhan, juga dengan manifestasi-Nya dan makhluk ciptaan-Nya termasuk alam beserta dengan isinya. Banten Saiban adalah persembahan yang paling sederhana sehingga sarana-sarananya pun sederhana. Biasanya Banten Saiban dihaturkan menggunakan daun pisang yang diisi nasi , garam dan lauk pauk yang disajikan sesuai dengan apa yang dimasak hari itu, tidak ada keharusan untuk menghaturkan lauk tertentu. 

Yadnya Sesa (Mesaiban) yang sempurna adalah dihaturkan lalu dipercikkan air bersih dan disertai dupa menyala sebagai saksi dari persembahan itu. Namun yang sederhana bisa dilakukan tanpa memercikkan air dan menyalakan dupa, karena wujud yadnya sesa itu sendiri dibuat sangat sederhana. Ada 5 (lima) tempat penting yang dihaturkan Yadnya Sesa (Mesaiban), sebagai simbol dari Panca Maha Bhuta diantaranya Pertiwi(tanah),biasanya ditempatkan pada pintu keluar rumah atau pintu halaman., Apah(Air), ditempatkan pada sumur atau tempat air. Teja(Api), ditempatkan di dapur, pada tempat memasak(tungku) atau kompor, Bayu, ditempatkan pada beras,bisa juga ditempat nasi, dan Akasa, ditempatkan pada tempat sembahyang(pelangkiran,pelinggih dll).

 Tempat-tempat melakukan saiban jika menurut Manawa Dharmasastra adalah: Sanggah Pamerajan, dapur, jeding tempat air minum di dapur, batu asahan, lesung, dan sapu. Kelima tempat terakhir ini disebut sebagai tempat di mana keluarga melakukan Himsa Karma setiap hari, karena secara tidak sengaja telah melakukan pembunuhan binatang dan tetumbuhan di tempat-tempat itu. Didalam Kitab Manawa Dharma Sastra Adhyaya III 69 dan 75 dinyatakan: Dosa-dosa yang kita lakukan saat mempersiapkan hidangan sehari-hari itu bisa dihapuskan dengan melakukan nyadnya sesa.