Selasa, 22 Januari 2013

Poligami Menurut Perspektif Hindu.

Hindu memberikan kebebasan pada umatnya dalam menentukan pilihan hidupnya. Ada yang ingin membujang seumur hidupnya. Ada yang menikah hanya satu kali atau lebih, semuanya boleh boleh saja asalkan memenuhi standar kebenaran. Dalam artian, jika ada laki laki yang memiliki fisik normal dan sehat, mampu mengendalikan hawa nafsunya dan tidak tergoda dengan wanita cantik sehingga ia membujang seumur hidupnya, laki laki tersebut bisa dikatakan Nyukla Brahmacari. Akan tetapi jika ada laki laki yang membujang seumur hidupnya, namun ia tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya, suka melakukan seks bebas, seks pranikah, suka gonta ganti pasangan, suka nyari cewek cafe, laki laki tersebut tidak bisa dikatakan Nyukla Brahmacari. Banyak kategori laki laki yang tidak bisa dikatakan Nyukla Brahmacari meskipun ia tidak punya istri selama hidupnya seperti contoh waria, laki laki impoten, laki laki mengidap penyakit gangguan jiwa, cacat fisik sehingga tidak ada wanita yang tertarik untuk menjadi pendampingnya, dan lain sebagainya.

Dalam Hindu ada juga istilah Sawala Brahmacari yaitu laki laki yang tergolong setia sama satu pasangan. Sehingga ia bertekad untuk menikah hanya satu kali. Karena ia masih teringat ketika mengucapkan sumpah di depan saksi adat saat melangsungkan upacara Pawiwahan bahwa ia akan tetap setia pada pasangannya sampai ajal menjemputnya. Ia tidak mau menikah lagi walaupun istrinya sakit sakitan, gila dadakan, mandul, bahkan istrinya meninggal. Laki laki tersebut bisa dikatakan melakukan Sawala Brahmacari. Ada juga laki laki yang menikah lebih dari satu kali yang disebut Tresna Brahmacari. Kalau perkawinannya tidak bisa menghasilkan keturunan, ia akan menikah lagi sampai berhasil memiliki keturunan. Karena umat Hindu di Bali memiliki mitos jika laki laki tidak memiliki keturunan, maka jika ia meninggal, ia akan digantung di pohon bambu di neraka. Jika anda pernah membaca cerita Jaratkaru, anda pasti mengerti maksud tulisan ini.

Begitu juga dengan raja raja di Bali pada jaman dahulu sebagian besar memiliki istri lebih dari satu. Alasannya satu yaitu agar berhasil memiliki keturunan. Bukan karena menghumbar hawa nafsu atau hoby mengoleksi wanita wanita cantik. Tapi jaman sekarang berbeda. Laki laki sudah memiliki istri cantik, sehat, dan mampu memiliki keturunan, tapi masih saja tergoda dengan wanita lain, itu bukan Tresna Brahmacari namanya. Melainkan nafsu yang kebablasan. Apa itu salah? Salah sih tidak. Karena itu hak anda. Dan uang yang anda gunakan untuk upacara Pawiwahan pun adalah uang anda. Salahnya cuma anda adalah laki laki yang mudah tergoda. Menurut berita yang pernah saya baca, di salah satu desa di Bali ada tradisi yang tidak memperbolehkan laki laki untuk berpoligami. Tradisi tersebut berlaku di desa Penglipuran Bangli. Jika ada laki laki yang melanggar undang undang tersebut, maka laki laki tersebut akan dibuang bersama istri barunya di suatu tempat yang bernama Karang Memadu.

Pada dasarnya Hindu tidak melarang umatnya untuk melakukan poligami. Di sisi lain juga tidak menganjurkan umatnya untuk melakukan poligami. Karena Hindu itu sifatnya fleksibel dan universal. Dalam buku Manawa Dharmasastra ada sloka yang membahas mengenai perkawinan dimana dibolehkannya seorang laki-laki untuk beristri empat orang atau disebut Kresna Brahmacari. Dalam lontar Werti Sasana juga dijelaskan mengenai Sewala Brahmacari atau boleh memiliki istri dua.Sedangkan dalam kitab Bhavisya Purana dijelaskan mengenai wanita dan perkawinan. Baca juga kitab Kamasutra Vatsyayana. Dalam Hindu juga tidak melarang wanita untuk melakukan poliandri seperti yang dijelaskan dalam Parasara Dharmasastra pada halaman 69. Berikut kutipannya " Seorang wanita bersuami boleh mengambil seorang suami yang kedua dalam keadaan yang mendesak bila suaminya yang pertama selalu berbuat semena-mena, mati, menjadi pertapa, kehilangan kejantanan atau turun derajatnya. 

Itu adalah pandangan menurut lontar. Lalu bagaimana dengan pandangan masyarakat? Setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda karena Hindu memberikan kebebasan untuk berpendapat. Pro dan kontra sudah pasti terjadi dalam setiap masalah. Itu sah-sah saja karena Hindu adalah ajaran yang sangat fleksibel dan universal. Namun ada juga sebagian orang yang memiliki pendapat sama dengan apa yang tertuang dalam lontar bahwa poligami dibenarkan kalau ada persetujuan dari istri pertama dan mampu berbuat adil, terutama memberi kesejahteraan jasmani dan rohani. Karena fakta di lapangan hampir 50 persen wanita Bali yang dipoligami. Lagipula orang Bali lebih banyak memakai adat, sementara adat Bali berbeda-beda. Tapi Kalau dari undang-undang perkawinan, sebenarnya tidak boleh jika istri pertama tidak mengijinkan. Tapi prakteknya hanya berlaku pada pegawai negeri sipil atau PNS. Kalau bukan PNS, jarang saya dengar yang mempersoalkan.

Tapi ada juga yang kontra terhadap praktek poligami karena dari sisi etika, kurang pas. Namun harus dilihat alasannya, apakah sudah mendapatkan persetujuan dari istri pertama atau belum?  Kalau tidak salah, undang-undang perkawinan mungkin membolehkan. Tapi ada juga yang tidak setuju karena sudah ada pengingkaran cinta seperti komitmen awal mau kawin. Itu artinya sudah ada pengkhianatan cinta. Nah, disinilah ketidaksesuaiannya dengan nilai agama. Berarti suami tidak setia. Sekarang keputusan ada di tangan istri, bisa menerima atau tidak?. Berikut ini ada juga yang memiliki pandangan yang berbeda. Yaitu Pada suatu seminar tentang dunia perhotelan, seorang pembicara berkata bahwa mungkin 90% bahkan 100% orang Bali tidak pernah melakukan bulan madu di hotel dalam perkawinannya sebagaimana dilakukan oleh orang kaya atau pejabat dari etnis atau agama lain. Walaupun itu mungkin ada benarnya, tapi saya bangga kalau orang Bali biarpun orang kaya, para pejabatnya relatif langgeng dalam kehidupan rumah tangganya atau prosentasenya sangat kecil dalam bidang kawin dan cerai atau mengkoleksi istri-istri sebagaimana terjadi pada pejabat atau orang kaya dari etnis atau agama lain. Dan kalaupun ada, itu hanya terjadi dalam sejarah raja-raja tempo dulu. Dimana orang Bali modern sudah tidak tertarik melakukannya lagi. Sementara orang-orang dari etnis atau agama lain masih mewarisi dan melakukan kebiasaan tersebut sampai sekarang.

Dulu mungkin pertimbangan banyak istri tidak semata masalah nafsu. Bisa saja hal itu dilakukan karena kerakusan manusia atau karena raja punya kekuasaan tak terbatas atau pertimbangan lain yang dasar-dasar terjadinya, kita tidak tahu secara terperinci. Ajaran Hindu hanya mengemukakan simbol watak manusia yang faktanya memang ada dan umat Hindu disuruh memilih secara Wiweka, mana baik dan mana buruk. Satu-satunya kekuatan Hindu sehingga bisa bertahan sampai sekarang adalah karena ajaran Hindu boleh ditafsir ulang, tidak Dogmatis semata. Buktinya dasar dan sumber hukum agama Hindu seperti kitab Manawa Darmasastra, tapi faktanya tidak semua prinsip dalam kitab tersebut diterima dan dimasukkan dalam peraturan Majapahit. Tapi dipilah sesuai situasi dan kondisi pada saat itu. Sementara dalam buku Anand Khrisna yang berjudul Tujuh Langkah Menuju Keluarga Bahagia dijelaskan bahwa jaman dulu kawin lagi hanya diperbolehkan bila seorang istri tidak bisa melahirkan. Itu pun bila di mata pasangan itu, urusan keturunan menjadi sangat penting. Dalam hal itu kawin lagi tidak menjadi hak prerogatif kaum pria. Perempuan pun dapat melakukannya. Karena yang bermasalah bukan hanya perempuan atau istri. Bisa saja dari pria atau suami. Sementara Poliandri oleh seorang perempuan disebut zinah. Tetapi Poligami yang dilakukan oleh kaum pria dianggap sah sah saja. Aneh!. 

Sabtu, 05 Januari 2013

Apakah Berbohong Dibenarkan Dalam Ajaran Hindu?

Hampir semua umat Hindu tahu dan memahami tentang ajaran etika yang fundamental yaitu Trikaya Parisuda yang merupakan ajaran untuk mencapai kesempurnaan dan kesucian hidupnya. Tetapi sebagian dari kita mungkin tidak tahu selain ajaran tentang kejujuran, ada juga ajaran yang membolehkan kita berbohong dan tidak mengakibatkan dosa. Seperti yang dijelaskan dalam Canakya Nitisastra Sloka 12 bab 7 " Janganlah hidup terlalu lurus atau terlalu jujur. Sebab begitu anda pergi ke hutan, anda akan melihat pohon-pohon yang lurus pasti akan ditebang. Sedangkan pohon yang bengkok dibiarkan untuk hidup. Ini sama dengan hal hidup di dunia. Kalau terlalu jujur pasti akan dimanfaatkan orang. Dalam Sarasamuscaya sloka 134 juga dijelaskan bahwa pada hakekatnya perkataan yang tidak benar bukan bohong namanya. Sebaliknya perkataan yang benar belum tentu bisa disebut kebenaran. Melainkan sesungguhnya biarpun bohong kata-kata itu namun jika selalu menimbulkan kebaikan saja serta menyenangkan semua mahluk hidup, itulah disebut kebenaran. Begitu juga sebaljknya, meskipun berkata sesuai dengan apa yang terjadi namun tidak mengakibatkan senang semua mahluk hidup, itulah disebut dusta.
            
Kebohongan itu ada lima jenis yang disebut dengan Panca Nerta yaitu kebohongan yang pertama adalah berbohong kepada anak kecil seperti contoh tidak boleh duduk diatas bantal nanti pantatnya bisul. Kebohongan seperti itu adalah untuk menakut-nakuti anak kecil agar tidak duduk di atas bantal. Karena bantal itu seharusnya untuk kepala. Kebohongan kedua adalah berbohong kepada istri. Untuk menjaga perasaan seorang istri, sang suami akan selalu mengatakan di depan istrinya bahwa masakan istrinya sangat enak walaupun masakannya terasa hambar karena kurang garam atau kurang penyedap rasa. Kebohongan seperti itu bertujuan agar hubungan rumah tangga tetap harmonis. 

Kebohongan ketiga adalah kebohongan seorang pedagang saat melakukan transaksi. Kebohongan seperti itu diperbolehkan oleh dewa rejeki. Misalnya harga beli sebuah produk sebesar seribu rupiah. Tetapi pedagang akan menjualnya kembali dengan harga dua ribu rupiah. Dan pedagang akan mendapatkan laba sebesar seribu rupiah. Berbohong keempat adalah berbohong kepada musuh demi keselamatan nyawa kita. Dalam kisah Mahabharata, Sri Khrisna yang konon titisan dewa Wisnu juga pernah berbohong pada saat menyuruh Yudistira agar menyebarkan berita bohong tentang kematian Aswatama saat berlangsungnya peperangan di Kuruksetra untuk mengalahkan Guru Drona. Dan berbohong yang terakhir atau yang kelima adalah berbohong kepada orang yang sedang sakit keras. Seorang dokter walaupun mengetahui bahwa sisa hidup si pasien tidak lama lagi, tetapi seorang dokter tidak mau berkata terang-terangan pada si pasien. Justru seorang dokter tetap memberikan semangat pada pasiennya. Itulah yang disebut dengan kebijaksanaan karena dalam hidup yang diperlukan adalah kedamaian. Selama tidak merugikan siapapun, berbohong itu dibenarkan misalnya mengatakan diri selalu bahagia, padahal sedang tidak bahagia. Tujuannya untuk memotivasi diri dan menumbuhkan sugesti dalam diri.