Minggu, 24 Juli 2022

Renungan Di Hari Tumpek Krulut.

Dilihat dari sisi spiritual masyarakat Bali, Tumpek Krulut adalah hari untuk upacara kesenian yaitu Wayang dan Gamelan.
Ada yang mengartikan Tumpek Krulut sebagai hari kasih sayang atau Valentine versi Bali karena mereka melihat Krulut artinya sebagai Tresna atau Kasih Sayang.
Menurut saya pribadi,  ini mungkin terlalu modern dan bisa saja nanti mengaburkan arti sebenarnya dimana Krulut itu sendiri adalah sebuah Wuku yang terdiri dari 7 hari dan bukan di hari Tumpek saja. Mungkin saja nanti Tumpek Krulut bisa saja diartikan menjadi Valentine Bali yang jauh melenceng dari arti sebenarnya yaitu Odalan atau Otonan Gambelan. Tapi itu sah sah saja. asalkan memberi manfaat buat sesama. Kembali ke asalnya Tumpek Krulut yang dikenal dengan Otonan gong atau gamelan, Dimana di hari tersebut kita mengupacarai gong atau gamelan sebagai suatu karya seni yang bisa menimbulkan keselarasan,keindahan, keserasian dan harmony di dunia atau Bhuana Agung. Pada Tumpek Krulut kita berterima kasih kepada seni (khususnya Gamelan) yang bisa menghibur manusia dan menjaga harmony kehidupan di dunia.

Jika di Bhuana Agung ada Gamelan maka dalam Buana Alit kita sebagai manusia juga memiliki "gamelan" yakni suara kita sendiri. Diharapkan di hari tersebut kita bisa Mulat Sarira dengan "menjaga mulut" kita supaya berbicara yang baik(Wacika) sehingga bisa menimbulkan rasa kasih sayang,harmony,keindahan dan keselarasan dalam hidup kita di dunia. Dalam Nitisastra,Sargah V bait 3 dijelaskan bahwa
Oleh perkataan engkau akan mendapat bahagia,
Oleh perkataan engkau akan menemui ajal atau kematian,
Oleh perkataan engkau akan mendapatkan kesusahan,
Oleh perkataan engkau akan mendapat teman atau sahabat.


Sabtu, 23 Juli 2022

Pelinggih Tugu Dan Patung Ganesha.

Di Bali setiap rumah orang Hindu Bali biasanya ada Aling-Aling yang berfungsi sebagai penghalang kekuatan negatif. Aling-Aling terletak di areal dalam Angkul- Angkul. Di luarnya ada Tugu Pengadang-Adang. seperti itulah leluhur jaman dulu menata Wewangunan di areal Pemedalan rumah atau jero. Diyakini ada penjaga niskala ..
Sekarang entah siapa yg memulai hampir setiap Aling-Aling ada patung dewa Ganesha. Padahal tatanan yang diwariskan leluhur kita sudah cukup. Tidak perlu lagi ditambah patung Ganesha... Tapi itu masalah  rasa, sah-sah saja. Maaf, menurut apa yang saya dapat dari Baos Niskala, patung Ganesha jika mau memfungsikan sebagai dewa pelindung, tempatkanlah atau Linggihkan di Merajan atau Sanggah di sebelah Pelinggih Rong Telu Bhatara Guru...dilinggihkan agak tinggi sedikit dan Mepejati juga diprayascita. Karena putra Dewa Siwa patut distanakan di tempat yang suci....Jika patung Ganesha ditempatkan di luar areal suci, maka fungsinya bisa jadi hanya sebagai pajangan semata.. Karena sudah ada Tugu Lebuh atau Pengadang sesuai fungsinya....Tapi hal itu kembali kepada rasa masing-masing . Jika cocok silahkan pakai. Jika tidak sesuai, silahkan dibuang. Mari berbagi dan saling tukar pengalaman.

Jumat, 15 Juli 2022

Alasan Hindu Tidak Konsumsi Daging Sapi

Tidak mengkonsumsi daging sapi
di masa lampau, para Brahmana mengandalkan sapi sebagai sarana upacara yadnya, sapi menghasilkan sarana tersebut secara lengkap, mulai dari kotoran sapi sebagai bahan dasar pembuat api sampai susu sebagai persembahan, cukup seekor sapi segala keperluan upacara yadnya yang dibutuhkan para Brahmana terpenuhi. Di masa pengadukan lautan susu, seekor sapi bernama surabi keluar, dinamai demikian karena memenuhi segala keinginan(memenuhi segala keperluan upacara yadnya seperti penjelasan sebelumnya), sapi ini kemudian diberikan kepada para Brahmana karena hal itu, sapi diibaratkan semua dewa ada di dalamnya, dan karena jasa tersebut maka dilarang mengkonsumsi daging sapi, khususnya keturunan Brahmana atau yang memasuki masa kebrahmanaan(kependetaan), bahkan di beberapa aturan menginjak atau melangkahi tali sapi pun dilarang. Lalu mengapa khususnya di Hindu Bali larangan mengkonsumsi daging sapi tidak kaku dan tidak dibuat aturan khusus?

Karena Hindu Bali terdiri dari Tri Sadaka. Dan
Sadaka Buddha tidak ada larangan khusus tersebut
dan masyarakat Bali menganut ketiga-tiganya, kecuali yang sudah masuk sebagai Sadaka pada salah satunya


Rabu, 06 Juli 2022

Mitologi Tentang Bunga Kemitir Menurut Hindu.

Akun Facebook atas nama Pekak Tekol pernah bertanya di grup Facebook Dasa Aksara Dan Kanda Pat. Kira kira begini pertanyaannya. Ampura, yakti napi nenten tyang ten uning...indik bunga mitir...kocap nike ampura bacin Ida Bhatara Durga. Ten kocap dados angge serana yadnya. Nanging akeh panggih tyang pemekas ring canang sari medaging bunga mitir...taler bunga mitir nike anggene dekorasi...wenten taler anggene kalung nyambut tamu..taler wenten genah ne ring lebuh...Mohon pencerahan.

Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kira kira begini artinya. Maaf, benar atau tidak, saya tidak tahu. Tentang bunga Mitir. Konon bunga Mitir itu kotorannya Bhatari Durga. Tidak boleh dipakai sarana yadnya. Namun banyak yang saya lihat dalam Canang Sari berisi bunga Mitir. Juga dipakai dekorasi. Ada juga yang dipakai untuk menyambut tamu. Ada juga yang menempatkannya di Lebuh. Mohon pencerahan.

Dalam Lontar Kunti Yadnya dinyatakan bunga Mitir berasal dari darahnya dewi Durga, bukan kotorannya Dewi Durga. Bunga tersebut dinyatakan tidak patut dipersembahkan sebagai sarana Dewa Yadnya. Akan tetapi setelah mendapatkan Penyupatan dari dewa Siwa, kemudian boleh dipakai akan tetapi yang kembangnya bagus, utuh, dan kekuning-kuningan. Selain itu sebaiknya bunga Mitir tidak digunakan sebagai bunga untuk Tirta karena bunga tersebut cepat busuk bila kena air.

Apakah sembahyang diharuskan selalu memakai bunga? Dalam lontar Atma Kunda dan kitab Vijnana Bhairava, bila tidak memungkinkan mempergunakan sarana, maka tanpa sarana pun bhakti itu diterima. Puja bisa dilakukan tanpa bunga. Tetapi penciptaan yang mantap dalam pikiran yang kalau dilakukan dengan fokus dan kemantapan bhatin maka sang jiwa akan menyatu ke dalam langit tanpa perwakilan. Sementara dalam lontar Puja Surya Sevana juga ada salah satu mantra "mano gandham manaha puspam, mano dhūpam manaha kriyā, siddha-cittam mano-mayam, dadyāt tvayi mahā-prabo" yang artinya wujudkan serbuk wangi di dalam pikiran, bunga di dalam pikiran, dupa di dalam pikiran, pikiran adalah upacara/ritual, ku persembahkan pikiran suciku sebagai sesaji kepadamu penguasa agung.