Blog ini ditulis oleh Made Budilana yang berasal dari Tejakula-Buleleng Bali. Untuk mendapatkan buku-buku Hindu, anda bisa menghubungi No WA 085792168271 atau bisa juga lewat email budilanalana@gmail.com. Terimakasih.
Selasa, 25 Oktober 2022
Membentengi Diri Di Hari Pagerwesi.Bag.1
Rabu, 19 Oktober 2022
Ngulapin
Sabtu, 15 Oktober 2022
Tata Bangunan Rumah Orang Hindu Bali
Kamis, 13 Oktober 2022
Mengulas Tentang Kerauhan.
Sabtu, 08 Oktober 2022
Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti.
Dalam Yayur Weda 32-3 dijelaskan bahwa tuhan tidak terwujud. Sloka ini sering dipakai oleh agama tetangga supaya kita jangan pakai Pretima saat menyembah tuhan. Disinilah uniknya Hindu bahwa Sloka tersebut tidak berdiri sendiri. Bicara tentang tuhan tidak akan ada habisnya. Tuhan tidak berwujud disebut Nirguna Brahman. Sedangkan tuhan berwujud disebut Saguna Brahman. Memerlukan Wiweka yang luar biasa untuk pengertian terhadap Sloka-Sloka yang seperti bertentangan. Itulah dalam diskusi kitab suci keagamaan harus didebat dengan kitab suci juga. Sesungguhnya tidak ada satupun manusia yang sungguh-sungguh tahu apa itu tuhan. Dan seperti apa tuhan itu yang sebenarnya.
Sementara Dalam Bagawadgita 10-2 dijelaskan bahwa baik para dewa maupun para rsi yang mulia tidak mengenal asal mula maupun kehebatanku. Sebab dalam segala hal, aku adalah sumber dewa-dewa dan rsi-rsi. Artinya tuhan ada tapi jangankan manusia, dewa pun tidak tahu tuhan. Keberadaan tuhan seperti di atas di Bali maupun di Indonesia disebut Acintya yang artinya tidak terpikirkan. Artinya tuhan tidak terdifinisi, tuhan tidak bisa ditanya dengan pertanyaan apa, siapa, bagaimana, dimana, dan apa buktinya? Tidak terpikirkan juga berarti tidak ini dan tidak itu. Oleh karena begitu keberadaan tuhan, maka Hindu mengeluarkan konsep ketuhanan yang berdasarkan filsafat.
Sesuai dengan filsafat Samkya dimana dikatakan semua berasal dari pikiran. Maka ketuhanan Hindu keluar dari pikiran manusia. Hal itu sesuai dengan bunyi Weda " Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti" yang artinya tuhan itu satu, manusia lah yang memberikan nama sesuai dengan imajinasinya. Karena Hindu menyadari tingkat kecerdasan manusia berbeda dari nol sampai tidak terhingga. Sehingga semua konsep ketuhanan yang ada di alam semesta ada di Hindu.
Sebelum kita membayangkan wujud tuhan itu seperti apa, ada baiknya kita melihat salah satu bagian terkecil darinya yakni matahari.Dari tempat saat ini berpijak pada siang hari, cobalah mendongak dan lihat matahari secara langsung dengan mata telanjang. Matahari itu pasti terlihat tetapi yang menjadi masalah, apakah mata kita kuat melihatnya dengan waktu lama? Tidak, bukan? Justru mata akan menjadi berkunang-kunang dan kita tidak bisa melihat dengan jelas. Padahal jarak yang kita lihat ke matahari adalah 149.6 juta kilometer. Jauh sekali. Bagaimana bila kita melihat matahari dari jarak dekat dengan mata telanjang? Pasti hangus, bukan? Melihat matahari secara langsung saja kita tidak bisa padahal matahari hanya bagian yang terkecil dari tuhan. Bagaimana kita bisa melihat tuhan? Kita harus sadar, indera kita tidak mampu untuk melihatnya. Tuhan selain tidak terbayangkan atau Nirguna Brahman, beliau juga berwujud atau Saguna Brahman. Hal itu dapat kita saksikan dengan mata telanjang seperti lambang Ista Dewata, Awatara, Lingga, Yoni, Ongkara, Tapakdara, gambar Maharsi dan lain-lain. Dalam bentuk Saguna Brahman itulah yang dijadikan titik fokus dalam kita memuja tuhan atau pada saat meditasi. Karena kita tidak mungkin untuk menjadikan Nirguna Brahman sebagai titik fokus walaupun sebenarnya beliau memang Nirguna. Jadi silahkan meditasi pada wujud tuhan dalam wujud Saguna Brahman sesuai yang paling kita yakini dari sekian banyak wujud Saguna Brahman seperti contoh Ongkara.
Sedangkan Dalam Bagawadgita bab 18 Sloka 61 dinyatakan bahwa “Tuhan Yang Maha Esa bersemayam di dalam hati semua orang, wahai Arjuna, dan Beliau mengarahkan pengembaraan semua mahluk hidup, yang duduk seolah-olah pada sebuah mesin terbuat dari tenaga material. Konsep Tuhan menurut Hindu adalah Saguna (berwujud) dan Nirguna (tidak berwujud). Kalau kita mencari Tuhan Yang Maha Esa dalam Bhagavad-gita, maka kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa Krisna adalah wujud Tuhan menurut Bhagavad-gita. Sekarang kalau di masyarakat banyak umat Hindu yang tidak mengakui wujud Tuhan itu Krisna atau Tuhan Yang maha Esa itu berwujud, bukan karena mereka tidak tahu tetapi lebih dikarenakan karena agama Hindu adalah agama minoritas di Indonesia, dan mayoritas orang beragama di Indonesia lebih mempercayai bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu tidak berwujud.
Dan kalau sekarang umat Hindu mengatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu berwujud seperti halnya manusia, dilahirkan, kemudian kita membuatkan patung atau arca dan memujanya, maka kita akan dikatakan menyembah patung atau berhala, sirik, menyekutukan Tuhan, dan bertentangan dengan dogma yang ada dimasyarakat. Ketakutan atau rasa malu kalau kita dikatakan menyembah berhala, sirik, menyekutukan Tuhan dan tidak sesuai dengan dogma di masyarakat, maka sebagian besar umat akhirnya mengatakan Tuhan itu ada tetapi tidak berwujud, wujud yang mereka buat itu hanya untuk memusatkan pikiran saat mereka sembahyang. Orang tidak akan dapat memusatkan pikirannya pada saat sembahyang tanpa mewujudkan sesuatu yang dijadikan obyek pemusatan pikiran. Wujud Tuhan yang kita bayangkan pada saat kita sembahyang itulah sebenarnya wujud Tuhan.
Kalau kita mau mencari wujud Tuhan dalam kitab-kitab Weda seperti Bhagavad-gita, Bhagavata Purana dan lain-lain maka kita akan menemukan bahwa Krisna adalah Tuhan Yang Maha Esa. Sementara Rsi Wyasa dalam Bhagawata Purana Skanda I bab 3 sloka 28 mengatakan bahwa Krisna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang asli. Dan kalau orang sekaliber Rsi Wyasa yang kita yakini sebagai penulis kitab-kitab Veda, Itihasa, Mahabharata, Purana-purana dan lain-lain mengatakan bahwa Krisna adalah Tuhan Yang Maha Esa, apakah kita masih tidak mempercayainya? kalau masih tidak mempercayainya, maka kita perlu bertanya pada diri sendiri.