Upacara ngaben merupakan tradisi pembakaran mayat bagi umat Hindu di Bali yang sarat dengan makna spiritual dan filosofis. Tradisi ini bertujuan untuk membebaskan roh dari siklus kelahiran dan kematian (samsara) dan mencapai moksa (pembebasan). Prosesnya kompleks dan melibatkan berbagai ritual, doa, dan persembahan yang bertujuan untuk menghormati dan mengantar roh menuju kehidupan selanjutnya.
Namun, belakangan ini muncul fenomena baru dalam upacara ngaben, yaitu pembakaran mobil milik almarhum sebagai bagian dari prosesi. Fenomena ini memicu berbagai pertanyaan dan perdebatan, terutama mengenai keabsahannya berdasarkan ajaran agama Hindu. Apakah memang benar mobil tersebut dianggap sebagai bekal di surga? Jawabannya tidak sesederhana ya atau tidak.
Perlu dipahami bahwa ajaran Hindu tidak memiliki kitab suci tunggal seperti halnya agama-agama lain. Ajaran Hindu bersumber dari berbagai kitab suci seperti Weda, Bhagavad Gita, Upanishad, dan berbagai kitab suci lainnya yang tersebar di berbagai aliran Hindu. Interpretasi terhadap ajaran-ajaran tersebut pun beragam, tergantung pada aliran dan tradisi masing-masing.
Konsep "bekal di surga" sendiri tidak secara eksplisit disebutkan dalam kitab-kitab suci utama Hindu. Konsep ini lebih merupakan interpretasi dan pemahaman masyarakat Bali terhadap ajaran-ajaran Hindu yang telah bercampur dengan budaya lokal. Dalam konteks ngaben, persembahan yang diberikan bertujuan untuk menghormati dan mengantar roh, bukan sebagai bekal materiil di surga. Persembahan tersebut lebih bersifat simbolis, mewakili penghormatan dan kasih sayang keluarga kepada roh orang yang sudah meninggal.
Pembakaran mobil dalam upacara ngaben kemungkinan besar merupakan bentuk ekspresi kekayaan dan status sosial keluarga almarhum. Mobil yang dibakar bisa jadi merupakan simbol kesuksesan dan pencapaian almarhum semasa hidupnya. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi ngaben juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan ekonomi masyarakat.
Namun, perlu diingat bahwa setiap tindakan dalam agama harus didasarkan pada pemahaman yang benar dan tidak menyimpang dari ajaran-ajaran inti. Pembakaran mobil, jika dilakukan semata-mata untuk pamer kekayaan atau tanpa didasari pemahaman spiritual yang mendalam, bisa jadi merupakan tindakan yang kurang tepat dan tidak sesuai dengan esensi upacara ngaben. Upacara ngaben yang sesungguhnya lebih menekankan pada aspek spiritual dan ritual keagamaan, bukan pada aspek materiil.
Tradisi ngaben senantiasa berkembang dan beradaptasi dengan zaman. Namun, penting untuk menjaga agar tradisi tersebut tetap berakar pada ajaran-ajaran agama Hindu yang benar dan tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang bersifat konsumtif dan materialistis. Perlu adanya pemahaman yang lebih mendalam dan bijaksana dalam memahami dan melaksanakan upacara ngaben, sehingga tetap menjaga nilai-nilai spiritual dan filosofisnya. Hal ini penting agar tradisi ngaben tetap menjadi bagian penting dari kehidupan spiritual umat Hindu di Bali, tanpa kehilangan makna dan esensinya. Lebih lanjut, perlu adanya dialog dan diskusi yang lebih terbuka antara para pemuka agama, masyarakat, dan pemerintah untuk menjaga kelestarian tradisi ngaben yang sesuai dengan ajaran agama Hindu.