Bali, pulau Dewata yang terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, juga dikenal dengan toleransi antarumat beragama yang tinggi. Keunikan ini tercermin dalam keberadaan pelinggih (tempat suci) Muslim di beberapa pura di Bali. Fenomena ini bukanlah sebuah kesalahan atau kebetulan, melainkan refleksi dari kearifan leluhur Bali dalam membangun harmoni sosial.
Alasan keberadaan pelinggih Muslim di pura bukanlah semata-mata karena pengaruh budaya luar, melainkan karena pemahaman mendalam akan ajaran agama Hindu itu sendiri. Ajaran Tri Hita Karana—harmonisasi hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), manusia dengan manusia (Pawongan), dan manusia dengan alam (Palemahan)—menjadi landasan filosofis utama. Dalam konteks ini, keberadaan pelinggih Muslim di pura merepresentasikan harmoni hubungan manusia dengan manusia (Pawongan), khususnya dengan umat Muslim yang hidup berdampingan dengan umat Hindu di Bali.
Tidak ada satu kitab suci Hindu yang secara eksplisit menyebutkan pembangunan pelinggih khusus untuk umat Muslim. Namun, prinsip-prinsip toleransi dan ahimsa (ketidakkerasan) yang terdapat dalam kitab suci seperti Bhagawad Gita, Ramayana, dan Mahabharata menjadi dasar filosofisnya. Ajaran-ajaran ini menekankan pentingnya hidup rukun, saling menghormati, dan menghargai perbedaan keyakinan. Keberadaan pelinggih Muslim di pura dapat diinterpretasikan sebagai manifestasi dari prinsip-prinsip tersebut dalam konteks kehidupan sosial di Bali.
Lebih lanjut, konsep Tat Tvam Asi ("Aku adalah kamu, kamu adalah aku") dalam ajaran Hindu menekankan kesatuan dan persamaan hakikat antara semua makhluk hidup. Oleh karena itu, menghormati dan menghargai keyakinan lain bukanlah suatu hal yang bertentangan dengan ajaran Hindu, melainkan merupakan perwujudan dari pemahaman yang mendalam terhadap hakikat kehidupan.
Penting untuk dicatat bahwa keberadaan pelinggih Muslim di pura bukanlah sebuah simbol pencampuran agama, melainkan sebuah simbol toleransi dan harmoni antarumat beragama. Pelinggih tersebut berfungsi sebagai tempat bagi umat Muslim untuk berdoa dan menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan mereka, sementara tetap menghormati kesucian pura sebagai tempat suci umat Hindu. Ini merupakan bukti nyata bagaimana kearifan lokal Bali mampu menciptakan ruang hidup bersama yang damai dan harmonis bagi seluruh warganya. Keberadaan pelinggih Muslim di pura adalah warisan berharga yang perlu dilestarikan dan dihargai sebagai contoh nyata toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar