Blog ini ditulis oleh Made Budilana yang berasal dari Tejakula-Buleleng Bali. Untuk mendapatkan buku-buku Hindu, anda bisa menghubungi No WA 085792168271 atau bisa juga lewat email budilanalana@gmail.com. Terimakasih.
Sabtu, 29 April 2023
Masalah Kasta Di Bali.
Selasa, 25 April 2023
Meditasi Menurut Pandangan Tokoh Tokoh Hindu.
Menurut Jiddu Khrisnamurti, meditasi artinya merenung atau berpikir. Makanya pikiran meditatif harus bebas dari pengukuran. Karena pikiran yang semata-mata mekanistik sebagaimana pemikiran tidak akan pernah dapat menemukan apa yang sebenarnya, tatanan tertinggi, karena itu adalah kebebasan yang lengkap. Seseorang harus memiliki pikiran yang luar biasa tertib, pikiran yang telah memahami kekacauan dan bebas sepenuhnya dari kekacauan yang merupakan kontradiksi, peniruan, kesesuaian, dan lain sebagainya. Perhatian bukanlah konsentrasi. Dalam perhatian itu ada kualitas keheningan. Bukan keheningan yang diciptakan oleh pikiran pikiran dan yang muncul setelah kebisingan serta dari satu pikiran yang menunggu pemikiran lain. Dalam meditasi itu selalu ada upaya, pengendalian dan disiplin untuk belajar sehingga pikiran menjadi semakin halus. Belajar adalah gerakan yang konstan dan tidak berdasarkan pada pengetahuan. Jadi meditasi adalah kebebasan dari yang diketahui yang merupakan ukuran. Dan dalam meditasi itu ada keheningan mutlak.
Sementara definisi meditasi menurut Anand Khrisna adalah untuk meniti jalan ke dalam diri. Masukilah dirimu dan cari tahu alasan keenggenanmu untuk menghadapi tantangan hidup. Meditasi bukanlah urusan menarik diri dari dunia dan pergi ke tempat terpencil. Melainkan tentang memenuhi tanggung jawab, tentang memainkan peran secara efisien dan efektif sambil berfokus pada jati diri sejati. Dan tidak membiarkan pikiran bercabang. Pikiran mudah teralihkan perhatiannya dan terganggu oleh untung rugi, keberhasilan dan kegagalan, suka dan duka, dan lain sebagainya. Dengan pikiran yang terganggu tersebut, seseorang tidak akan pernah dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien pikiran yang terpusatkan pada jati diri sejati bertransformasi menjadi kesadaran dan intelijensia murni. Memang pikiran tidak stabil dan sulit dikendalikan. Tetapi bukan tidak mungkin dengan upaya intensif dan repetitif pasti dapat dikendalikan.
Menurut Ganapaty Ananda dalam situs Blognya menjelaskan bahwa meditasi adalah salah satu jalan bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan dan kebenaran yang sejati tuhan yang maha esa. Meditasi adalah sebuah disipilin konsentrasi yang mendalam pada sebuah perwujudan tuhan hingga beliau sendiri mewujud di hadapan kita. Meditasi adalah sebuah disiplin untuk melihat ke dalam diri antara yang nyata dan tidak nyata guna yang mencapai tertinggi tuhan yang maha esa. Dengan melakukan meditasi secara terus menerus akan memberikan berbagai manfaat seperti misalnya rasa ego yang makin terkikis, rasa bhakti dan kerinduan terhadap tuhan makin tumbuh subur, timbulnya berbagai penampakan wujud tuhan. Sedangkan manfaat jasmani diantaranya kesehatan, peningkatan daya tahan tubuh terhadap penyakit peningkatan daya konsentrasi.
Kesaktian Dapur Tradisional.
Dulu jika ada orang bertanya dewa yang berstana di dapur, jawabannya sudah pasti dewa Brahma atau dewa Agni. Karena rumah orang Bali jaman dulu masih tradisional. Ruang dapurnya sudah pasti terdapat tungku tradisional yang bahan bakarnya adalah kayu bakar. Nah, tungku tradisional itulah diyakini oleh masyrakat Bali jaman dulu sebagai stana dari dewa Brahma atau dewa Agni. Dapur kalau bahasa balinya adalah Paon, Jalikan, atau lebih halusnya disebut Pewaregan atau Perantenan. Dapur jaman dulu yang ada tungku tradisionalnya dianggap sakral oleh masayarakat Bali jaman dulu. Makanya jika ada bayi menangis tengah malam karena diganggu mahluk halus, orang tua pasti membawa bayinya ke ruang dapur lalu mencolek Mangsi yang melekat pada tungku tradisional kemudian dicolekkan ke kening bayi tersebut. Maka saat itu juga mahluk halus berhenti mengganggu bayi tersebut sehingga bayi tersebut berhenti menangis dan tidur dengan nyenyak. Selain tungku tradisional, bahan dasar atap dapur terbuat dari ilalang. Menurut mitologi Hindu di Bali, ilalang dipercaya sebagai penghilang kotoran secara metafisika. Kepercayaan ini ada hubungannya dengan cerita tentang ilalang yang kecipratan Tirta akibat dari Garuda yang saling rebutan Tirta. Makanya ilalang adalah satu satunya tumbuhan yang dianggap suci.
Selain itu, jika orang jaman dulu datang sehabis bepergian dan setelah kembali ke rumah, tempat yang paling awal dicari pasti ruang dapur. Kenapa demikian? Alasannya agar tidak Ketutugan atau tidak diikuti oleh mahluk halus. Artinya mahluk halus yang mengikuti dalam perjalanan berhasil dilenyapkan di ruang dapur. Itulah kepercayaan masyarakat Bali jaman dulu yang masih diwarisi sampai sekarang.
Dapur jaman dulu dipercaya bisa menghilangkan Leteh atau kotoran. Contohnya jika orang berkunjung ke rumah orang yang sedang berduka atau memiliki kematian, maka orang yang berkunjung kesana dianggap Cuntaka. Maka untuk menghilangkan Cuntaka tersebut, setelah pulang ke rumah, orang tersebut mengambil air lalu dilemparkan ke atap dapur dan tetesan airnya itulah yang dipakai untuk membersihkan diri. Dan sampai sekarang ada sebagian orang yang masih mewarisi kebiasaan tersebut. Itulah kesaktian dari dapur tradisional.
Makanya untuk menjaga kesucian dapur, orang Bali biasanya tidak mau mengganti kerusakan-kerusakan ruang dapur dengan barang-barang bekas. Contohnya pintu dapur tidak boleh diganti dengan pintu bekas kamar mandi. Atau atap dapur tidak boleh diganti dengan atap bekas dari tempat lain. Itulah cara-cara orang Bali menjaga kesucian dapurnya. Makanya orang Bali jaman dulu sebagian besar melakukan ritual Agnihotra di ruang dapur.
Orang Bali biasanya tetap membiarkan tungku tradisionalnya sebagai simbol dewa Brahma walaupun bentuk rumahnya sudah modern. Contoh lain adalah warga Pande walaupun tidak berprofesi sebagai tukang besi, namun mereka tetap membuat Stana dewa api sebagai simbol dari dewa Perapen atau dewa perapian.
Namun di kota-kota besar seperti Denpasar dan sekitarnya sudah jarang kita melihat rumah masyarakat Bali yang memiliki ruang dapur berisi tungku tradisional. Karena jaman sudah berubah, sudah modern dan sudah semakin canggih. Bentuk-bentuk rumah sudah tidak seperti dulu lagi. Tidak ada istilah Bale Daja, Bale Dangin, Bale Dauh maupun Bale Delod. Rumah jaman sekarang bentuknya sudah modern. Orang-orang di jaman sekarang memasak sudah memakai peralatan elektronik. Masihkah dewa Brahma berstana di ruang dapur? Masihkah ruang dapur modern memiliki kesaktian seperti ruang dapur jaman dulu?
{Tulisan ini pernah dimuat di majalah Raditya edisi Januari 2020}