Sabtu, 28 September 2024

Kesadaran Rohani.

Bila kita melakukan kebaikan karena ingat pada kewajiban, maka itulah yang dinamakan kesadaran rohani. Sementara apabila kita melakukan kebaikan tanpa kewajiban alias mengalir begitu saja, menjadikan perbuatan kebaikan sebagai hobi, seperti nafas yang terhirup otomatis maka itulah disebut kesadaran ilahi. Lampauilah segala hal yang mengikat, membebani, dan menghalangi langkahmu menuju kesadaran ilahi. Dan rasakan atau terima segalanya sama, maka engkau makin dekat dengan tujuan sejati. Tingkatkanlah terus level kesadaran rohanimu mulai menuju level kesadaran ilahi, karena itulah jalan menuju Brahman.

Dalam kitab Bhagawad Gita bab 14 sloka 26 dijelaskan bahwa "Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Aku dengan penuh keyakinan, akan dibebaskan dari siklus kelahiran dan kematian, dan akan mencapai hidup abadi." Sloka tersebut menggarisbawahi pentingnya penyerahan diri kepada Tuhan untuk mencapai pembebasan.

Keyakinan terhadap Hyang Widhi atau Tuhan tidak selalu harus diekspresikan melalui tindakan atau perilaku tertentu. Ada kalanya keyakinan itu bersifat internal dan pribadi, yang mungkin tidak terlihat dalam tindakan nyata, tetapi tetap dapat mendalamkan hubungan spiritual seseorang. Seseorang bisa memiliki iman yang kuat meskipun cara mengekspresikannya berbeda-beda, dan tujuan akhir tidak selalu bergantung pada tindakan fisik, melainkan pada keikhlasan hati.

Pernyataan bahwa semua tindakan, baik terlihat maupun tidak, adalah langkah bisa dipertanyakan. Tidak semua pikiran atau niat bisa dianggap sebagai langkah nyata menuju tujuan. Misalnya, banyak orang yang berpikir tentang melakukan kebaikan namun tidak pernah melaksanakannya. Dengan demikian, langkah harus diartikan sebagai tindakan konkret yang membawa perubahan, bukan sekadar pemikiran atau niat yang tidak diikuti oleh aksi.

Jika pandangan kita hanya diarahkan kepada dunia maka yang dirasakan hanya kelelahan. Karena tidak ada apapun disini yang menjadi hak milik, melainkan hanya hak pakai. Hidup adalah Pengalaman yang mesti dipelajari. Ketika fokus kita hanya pada aspek duniawi, kita sering merasa lelah dan kosong. Semua yang kita miliki pada akhirnya bukanlah milik kita secara permanen, melainkan hanya kita pinjam untuk sementara. Menganggap hidup sebagai pengalaman yang harus dipelajari memberi kita perspektif yang lebih luas. Setiap pengalaman, baik atau buruk, adalah pelajaran berharga yang membentuk diri kita. Dengan begitu, kita bisa menemukan makna dan tujuan di balik setiap langkah yang diambil.

Kalau hanya terikat pada dunia, tidak akan menghasilkan kebahagiaan sejati, bahkan terbalik berdampak terpuruk. Begitupun jika hanya terikat pada hal-hal kerohanian saja yang berdampak sama. Jadi keseimbangan itulah poin pentingnya dan bukan hanya sepihak saja yang diperlukan.

Keseimbangan antara aspek duniawi dan kerohanian sangat penting untuk mencapai kebahagiaan sejati. Terlalu fokus pada satu sisi dapat membuat seseorang merasa kosong atau terpuruk. Keseimbangan memungkinkan kita untuk menjalani kehidupan yang harmonis, di mana kita bisa menikmati dunia sambil tetap terhubung dengan nilai-nilai spiritual. Hal ini membantu menciptakan rasa puas dan makna yang mendalam dalam hidup.






Kamis, 26 September 2024

Fenomena Tentang Prilaku Orang Bali.

Ayu berpendapat di media sosial dengan mengatakan bahwa Budaya lokal di Bali semakin tergerus. Kalau tidak percaya, kita bisa buktikan dengan turun langsung ke Masyarakat Di seluruh Bali. Belakangan ini Makin Banyak Orang Bali Tidak tahu dengan Bahasa Bali dan Aksara Bali. Mereka Lebih suka Merayakan Ulang Tahun dari pada otonan. Kebanyakan orang Membeli Banten Daripada Gotong royong Membuat Banten. Dan Semakin tidak Aktif Fungsi Balai Banjar Sebagai Tempat Sangkep untuk Melakukan Rutinitas Sehari-hari sebagai Masyarakat Adat Bali. Warganya sibuk Mencari Mata Pencaharian lain dari pada Untuk Sangkep atau Paruman Di Desa Adatnya

Pendapat itu ditentang oleh ormas Bali "Meskipun ada perubahan dalam perilaku masyarakat, budaya lokal di Bali tetap memiliki daya tarik dan nilai yang kuat. Banyak orang Bali masih menghargai dan melestarikan Bahasa dan Aksara Bali, meski mereka mungkin tidak selalu menggunakan keduanya dalam kehidupan sehari-hari. Perayaan ulang tahun bukanlah pengganti budaya otonan, tetapi bisa menjadi cara baru untuk merayakan kehidupan. Selain itu, meski banyak yang mencari mata pencaharian, hal ini tidak serta merta berarti mengabaikan tradisi; banyak orang Bali yang tetap terlibat dalam kegiatan gotong royong dan fungsi Balai Banjar. Adaptasi terhadap perubahan zaman justru dapat memperkaya dan mengembangkan budaya lokal, bukan menggerusnya.

Ayu juga tak mau kalah seraya mengatakan "Saya orangnya fleksibel. Tapi Faktanya budaya Bali sudah tergeser danTerkikis. Memang Belum punah.
yang terjadi di sekitar saya, Kalau Otonan, Mereka tidak Undang teman teman. tapi Merayakan Ulang tahun, Sibuk Ngundang teman teman.
Bahkan Kadang lupa Hari Otonan-nya.

Ormas Bali kemudian membantah lagi "Meskipun ada perubahan dalam cara perayaan, bukan berarti budaya lokal Bali sepenuhnya terkikis. Banyak orang masih menghargai dan merayakan tradisi, meskipun mereka juga merangkul cara modern dalam perayaan seperti ulang tahun. Ini menunjukkan adaptasi, bukan penghilangan, di mana budaya lokal tetap hidup dan bertransformasi sesuai dengan konteks zaman.

Ayu kemudian mengalihkan topik pembicaraan ke topik lain "Di zaman kaliyuga seperti sekarang, Hidup yang penuh dengan kepalsuan justru disukai oleh banyak orang. Sementara
Hidup jujur di benci orang"

Ormas Bali lalu membantah "Meskipun banyak yang menganggap hidup penuh kepalsuan di zaman kaliyuga, masih banyak individu yang menghargai kejujuran dan integritas, menunjukkan bahwa nilai-nilai positif tetap dihormati dan dicari dalam masyarakat.

Ayu menyerang lagi "manusiyanam saharsresu, artinya di antara beribu-ribu manusia hanya segelintir yang menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas.

Ormas Bali tak mau kalah "Pernyataan bahwa hanya segelintir manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas tidak sepenuhnya akurat, karena banyak orang di seluruh dunia yang berupaya menjalani hidup dengan integritas dan rasa tanggung jawab terhadap sesama. Sebagian besar masyarakat, meskipun tidak selalu terlihat, sering kali menerapkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.

Ayu menjawab lagi "Tapi kisaran orang baik dengan orang jahat sangat jauh. Yang baik dan yang menghargai kejujuran hanyalah 20%. Sementara yang hidup mementingkan diri sendiri 80%.

Ormas Bali membantah lagi "Meskipun mungkin terlihat bahwa orang baik hanya sedikit, banyak orang yang berbuat baik secara diam-diam dan tak terdeteksi. Persentase ini mungkin tidak mencerminkan keseluruhan, karena banyak individu yang berjuang untuk menyeimbangkan kepentingan diri dan kepentingan orang lain."


Selasa, 24 September 2024

Galungan.

Hari Galungan, yang dirayakan oleh umat Hindu di Bali, adalah simbol kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan). Dalam konteks spiritual, "kemenangan" yang dimaksud adalah kemenangan batin seseorang atas godaan dan kekuatan negatif yang ada di dalam diri dan lingkungan sekitarnya.

Pada hari Galungan, umat Hindu merefleksikan perjuangan batin melawan sifat-sifat buruk seperti keserakahan, kebencian, ego, dan kebodohan spiritual. Kemenangan ini merupakan perayaan keseimbangan hidup yang terwujud dalam tindakan kebaikan, ketulusan, dan kebijaksanaan, serta hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan.

Dengan merayakan Galungan, umat Hindu memperkuat keyakinan bahwa kebaikan (Dharma) selalu pada akhirnya mengalahkan kejahatan (Adharma), baik di tingkat individu maupun universal.

Sabtu, 21 September 2024

Pedagang Bali Kalah Bersaing Dengan Pendatang.

Pedagang Bali menghadapi beberapa tantangan dalam bersaing dengan pendatang, antara lain:

Modal dan Infrastruktur: Pendatang sering kali memiliki lebih banyak modal dan akses ke infrastruktur yang lebih baik, sehingga mereka dapat menawarkan produk dengan harga lebih kompetitif.

Inovasi dan Pemasaran: Pendatang sering membawa ide-ide baru dan strategi pemasaran yang lebih modern, menarik perhatian konsumen dengan cara yang berbeda.

Jaringan Distribusi: Pendatang mungkin memiliki jaringan distribusi yang lebih luas, memudahkan mereka menjangkau pasar yang lebih besar.

Tren Konsumen: Pendatang dapat lebih cepat beradaptasi dengan tren baru, sementara pedagang lokal mungkin terjebak dalam cara tradisional.

Dukungan Pemerintah: Dalam beberapa kasus, pendatang mungkin mendapatkan dukungan lebih dari pemerintah atau lembaga terkait, memberikan mereka keuntungan lebih dalam menjalankan usaha.

Kombinasi faktor-faktor ini membuat pedagang lokal kesulitan untuk bersaing secara efektif.

Selasa, 17 September 2024

Kontroversi Tentang Tanah Di Bali Yang Banyak Terjual.

Penjualan tanah oleh orang Bali kepada investor asing adalah isu yang kompleks. Ada argumen yang mendukung dan menolak. Pendukung berargumen bahwa investasi asing bisa membawa pembangunan dan peluang ekonomi. Namun, penentang khawatir bahwa ini bisa mengancam budaya lokal dan mengurangi akses masyarakat terhadap tanah yang mereka huni. Penting untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi masyarakat dan budaya Bali sebelum mengambil keputusan.

Pendukung juga akan berargumen tentang dampak positif pembangunan hotel di Bali. Berikut beberapa keuntungan dari pembangunan hotel di Bali diantaranya:

Pertama adalah Pertumbuhan Ekonomi. Hotel dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dengan menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat setempat.

Kedua adalah Peningkatan Infrastruktur. Pembangunan hotel seringkali disertai dengan peningkatan infrastruktur, seperti jalan, fasilitas sanitasi, dan sistem transportasi, yang dapat memberikan manfaat bagi komunitas lokal.

Ketiga adalah Daya Tarik Wisata. Hotel yang dibangun dengan desain yang menyesuaikan dengan lingkungan alami dapat menarik wisatawan dan meningkatkan daya tarik pariwisata Bali, yang merupakan salah satu industri utama di pulau ini.

Keempat adalah Pengelolaan Lingkungan. Beberapa hotel dapat memperkenalkan praktek pengelolaan lingkungan yang lebih baik, seperti penggunaan energi terbarukan atau sistem pengolahan limbah, yang bisa mendukung keberlanjutan lingkungan.

Sementara para penentang akan berargumen bahwa sertifikasi tanah adat di Bali kurang tepat kalau kita berbicara tentang Ajeng bali. Pasalnya akan ada celah yang memudahkan bagi orang Bali untuk menjual tanahnya secara hukum. Orang Bali yang merantau ke luar pulau, merasa dirugikan. Pasalnya tanah Warisan mereka, telah dijual oleh orang-orang Bali. Jika orang yang sedang merantau di luar pulau tiba-tiba hendak Pulang ke Bali nanti, mereka tidak akan punya hak lagi. Karena banyak hal yang telah dimanipulasi'

Kemudian para pendukung akan menjawabnya dengan pernyataan bahwa di sisi lain, dengan adanya sertifikasi tanah, kita dapat memperjelas kepemilikan dan mencegah terjadinya hal yang sering terjadi. Ini memberi peluang bagi masyarakat adat untuk mendapatkan pengakuan resmi atas hak mereka, sehingga tanah tidak dapat sembarangan dijual. Selain itu, penguatan regulasi dan pengawasan dalam proses sertifikasi dapat mengurangi potensi manipulasi dan sering menjadi kekhawatiran. Dengan demikian, sertifikasi tanah adat bisa menjadi alat untuk menjaga kelestarian budaya dan hak-hak masyarakat, bukan sekedar keadilan

Para penentang kemudian menjawabnya bahwa pulau Bali telah kehilangan predikatnya sebagai pulau sorga.

Tapi para pendukung tidak mau kalah serta menjawabnya dengan pernyataan bahwa meskipun ada tantangan yang menghadang, Bali tetap memiliki keindahan alam, budaya yang kaya, dan pelestarian penduduknya, yang akan selalu menarik wisatawan dan menjaga predikatnya sebagai pulau sorga.

Si pentang sangat kecewa mendengar pernyataan tersebut. Dengan sekuat tenaga ia mencoba mencari kekurangan-kekurangan pulau Bali. Dengan sisa-sisa kekuatannya ia mencoba menyerang dengan mengatakan bahwa banyak jalur-jalur hijau di Bali dilabrak, tebing dikeruk, alih fungsi lahan, tanah banyak di jual. Kedepannya Bali bukan menjadi milik orang Bali. Kita hanya jadi pekerja atau penonton. Belum lagi macet dan banjir. Apanya yang menjadi pulau surga kalau sudah begini?"

Pernyataan tersebut kemudian dijawab oleh pendukung. Dengan mengatakan bahwa perkataan tersebut sepertinya mengabaikan potensi pembangunan yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Bali. Alih fungsi lahan, jika dikelola dengan baik, dapat menciptakan lapangan kerja dan mendukung ekonomi lokal. Selain itu, inovasi dalam infrastruktur dan pengelolaan lingkungan dapat mengatasi masalah kemacetan dan banjir, sehingga Bali tetap menjadi destinasi yang menarik.

Si penentang kemudian tak mau kalah. Ia mencoba mencari cara lain untuk menyerang Bali. Ia kemudian berkata "Setiap hari ada berita di media tentang tanah di Bali banyak yang dijual pada investor asing. Lalu anak dan cucu kita akan tinggal dimana? Apakah orang Bali meski ngontrak rumah di pulau sendiri? Ingat, Wisatawan datang ke Bali tujuannya untuk melihat alam yang indah, melihat sawah, tebing, dan sungai yang alami. Jika semuanya dijadikan hotel, lalu wisatawan akan melihat apa di Bali?"

Pendukung dengan mudah menjawabnya. Menjual tanah untuk kepentingan komersial, tidak akan menghilangkan warisan budaya dan keindahan alam yang menjadi daya tarik utama Bali.

Penentang dengan marah berkata"Coba anda lihat di Canggu Kuta Bali. Lahan hijau dilabrak, sawah-sawah  jadi perumahan dan yang tinggal disana bukan orang Bali. Karena Orang Bali selalu jual tanah kemudian dibangun villa oleh orang asing. Ironisnya, orang Bali hanya bekerja di villa tersebut sebagai Sekuriti saja. Mari kita berpikir tentang Bali ke depan sebelum terlambat, dan bangunlah dari mimpi"

Pendukung kemudian menjawab "Meskipun ada perubahan yang signifikan di Bali, penting untuk melihat sisi positif dari perkembangan ini. Investasi dalam infrastruktur dan pariwisata dapat menciptakan peluang kerja baru, meningkatkan perekonomian lokal, dan memperkenalkan budaya Bali kepada pengunjung. Selain itu, banyak orang Bali yang beradaptasi dengan perubahan ini dan menemukan cara untuk mempertahankan warisan budaya mereka sambil mengambil manfaat dari perkembangan tersebut. Mari kita mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif,

Penentang lalu berkata dengan nada menyerang. "Pembangunan seharusnya merata di semua kabupaten di Bali. Jangan hanya terpusat pada kabupaten Badung saja. Lihat hasil dari pembangunan yang tidak merata itu hasilnya adalah macet dan Banjir. Baru beberapa jam saja hujan, sudah mengakibatkan banjir parah. Akan jadi apa Bali dalam 10 sampai 50 tahun ke depan?. Tri Hita Karana hanya slogan pemanis di bibir saja. Hancurnya alam Bali ini karena orang-orang Bali terlena pada uang. Kalau mau membangun, seharusnya merata di seluruh Bali. Coba lihat komplek perumahan di Bali, sepertinya penghuninya bukan orang Bali. Para pemilik villa dan hotel itu juga kebanyakan bukan orang Bali. Suatu saat kita akan persis seperti nasib orang-orang Betawi atau seperti nasib runtuhnya kerajaan Majapahit"

Pendukung kemudian menjawab "mengenai pembangunan harus merata memang penting, tetapi kita juga perlu mempertimbangkan bahwa pusat pertumbuhan ekonomi, seperti Badung, dapat memberikan dampak positif bagi seluruh Bali. Pembangunan terpusat bisa meningkatkan pendapatan daerah, menciptakan lapangan kerja, dan menarik investasi. Selain itu, pengembangan infrastruktur yang baik dapat mengurangi masalah seperti kemacetan dan banjir jika direncanakan dengan matang. Jika kita fokus pada pemerataan tanpa memperhatikan potensi daerah tertentu, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk memaksimalkan sumber daya yang ada. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengelola pembangunan secara berkelanjutan, menjaga keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan pelestarian lingkungan.

Si penentang terdiam. Tapi dalam hatinya masih menyimpan dendam karena pendapatnya selalu disanggah. Ia berbisik pelan. "Tunggu pembalasanku nanti.


Senin, 16 September 2024

Catur Dresta.

"Sering mendengar ucapan Sulinggih yang menyatakan bahwa tidak mau tahu dengan Dresta dalam upacara. Sedangkan kita tahu Catur Dresta. Bagaimana pendapat anda?"

Dalam konteks upacara keagamaan atau adat di Bali, "Catur Dresta" merujuk pada empat aturan atau prinsip yang dianggap penting untuk dijaga dalam pelaksanaan upacara. Biasanya, prinsip-prinsip ini meliputi pelaksanaan yang benar, sesuai dengan aturan, menghormati tradisi, dan memastikan upacara dilakukan dengan khidmat.
Jika seorang sulinggih (pendeta) menyatakan tidak mau tahu atau tidak peduli terhadap dresta dalam upacara, mungkin itu merujuk pada pandangannya bahwa pemahaman dan pelaksanaan ritual harus lebih fokus pada makna spiritual dan kesucian daripada aturan-aturan formal. Ini bisa jadi perbedaan pandangan atau penekanan dalam praktik keagamaan. Namun, secara umum, menjaga dresta tetap penting karena itu memastikan bahwa upacara dilakukan dengan cara yang sesuai dan menghormati tradisi yang telah ada.

Sabtu, 14 September 2024

Mencintai Tuhan Yang Nirguna.

"Jika wajah membuat kita jatuh cinta, lalu bagaimana caranya mencintai Tuhan yang tidak memiliki rupa atau Nirguna Brahman?"

Dalam tradisi spiritual, terutama dalam konteks agama dan filsafat yang mempercayai Tuhan yang Nirguna (tidak berwujud), cinta kepada Tuhan biasanya tidak berfokus pada bentuk fisik, melainkan pada kualitas atau esensi-Nya. Beberapa cara untuk mencintai Tuhan yang Nirguna antara lain:

Yang pertama adalah melalui penghayatan sifat-sifat-Nya. Banyak tradisi agama menyebut sifat-sifat Tuhan, seperti Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Bijaksana, atau Maha Kuasa. Dengan merenungkan dan menghayati sifat-sifat ini, seseorang bisa merasa dekat dengan Tuhan dan mengembangkan cinta yang mendalam.

Yang kedua adalah Melalui perenungan dan kesadaran. Cinta kepada Tuhan yang Nirguna sering lahir dari kesadaran akan kehadiran-Nya dalam segala hal, termasuk dalam diri sendiri dan alam semesta. Perenungan yang mendalam tentang keberadaan, keteraturan, dan keindahan alam bisa menumbuhkan rasa cinta kepada Tuhan yang melampaui bentuk fisik.

Ketiga adalah Melalui pengalaman batin. Dalam tradisi mistisisme, mencintai Tuhan tanpa rupa biasanya terjadi melalui pengalaman batiniah yang mendalam. Meditasi, dzikir, atau doa yang khusyuk dapat membawa seseorang pada rasa keintiman dengan Tuhan yang tidak terikat oleh bentuk fisik.

Keempat adalah Melalui tindakan dan pelayanan. Banyak ajaran menyarankan bahwa cinta kepada Tuhan bisa diwujudkan melalui pelayanan kepada sesama makhluk. Dengan mencintai dan melayani sesama manusia atau alam dengan tulus, seseorang dapat merasa seperti sedang mencintai Tuhan.

Kelima adalah Cinta yang transenden. Cinta kepada Tuhan yang Nirguna sering kali dianggap sebagai cinta yang lebih tinggi dan transenden, di mana cinta itu tidak lagi terikat pada objek fisik, melainkan pada esensi dari cinta itu sendiri, yaitu sebuah keterhubungan yang mendalam dengan Yang Maha Kuasa.

Dalam hal ini, wajah atau rupa hanyalah salah satu medium untuk memulai rasa cinta, namun cinta kepada Tuhan lebih berfokus pada hubungan spiritual yang melampaui pancaindra dan batasan material.









Dalam tradisi spiritual, terutama dalam konteks agama dan filsafat yang mempercayai Tuhan yang nirguna (tidak berwujud), cinta kepada Tuhan biasanya tidak berfokus pada bentuk fisik, melainkan pada kualitas atau esensi-Nya. Beberapa cara untuk mencintai Tuhan yang nirguna antara lain:


Melalui penghayatan sifat-sifat-Nya: Banyak tradisi agama menyebut sifat-sifat Tuhan, seperti Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Bijaksana, atau Maha Kuasa. Dengan merenungkan dan menghayati sifat-sifat ini, seseorang bisa merasa dekat dengan Tuhan dan mengembangkan cinta yang mendalam.


Melalui perenungan dan kesadaran: Cinta kepada Tuhan yang nirguna sering lahir dari kesadaran akan kehadiran-Nya dalam segala hal, termasuk dalam diri sendiri dan alam semesta. Perenungan yang mendalam tentang keberadaan, keteraturan, dan keindahan alam bisa menumbuhkan rasa cinta kepada Tuhan yang melampaui bentuk fisik.


Melalui pengalaman batin: Dalam tradisi mistisisme, mencintai Tuhan tanpa rupa biasanya terjadi melalui pengalaman batiniah yang mendalam. Meditasi, dzikir, atau doa yang khusyuk dapat membawa seseorang pada rasa keintiman dengan Tuhan yang tidak terikat oleh bentuk fisik.


Melalui tindakan dan pelayanan: Banyak ajaran menyarankan bahwa cinta kepada Tuhan bisa diwujudkan melalui pelayanan kepada sesama makhluk. Dengan mencintai dan melayani sesama manusia atau alam dengan tulus, seseorang dapat merasa seperti sedang mencintai Tuhan.


Cinta yang transenden: Cinta kepada Tuhan yang nirguna sering kali dianggap sebagai cinta yang lebih tinggi dan transenden, di mana cinta itu tidak lagi terikat pada objek fisik, melainkan pada esensi dari cinta itu sendiri, yaitu sebuah keterhubungan yang mendalam dengan Yang Maha Kuasa.


Dalam hal ini, wajah atau rupa hanyalah salah satu medium untuk memulai rasa cinta, namun cinta kepada Tuhan lebih berfokus pada hubungan spiritual yang melampaui pancaindra dan batasan material.









Selasa, 10 September 2024

Peduli Terhadap Sesama.

Mendekatkan diri pada Tuhan memang penting, tetapi menjauhi sesama bertentangan dengan ajaran spiritual yang sesungguhnya. Mengingat Tuhan tetapi melupakan sesama berarti mengabaikan perintah-Nya untuk mencintai dan merawat sesama. Yadnya tidak hanya tentang pengorbanan kepada Tuhan, tetapi juga mencerminkan kepedulian kita terhadap sesama dan semua mahluk hidup. Dengan demikian, tindakan yang hanya berfokus pada Tuhan tanpa melibatkan kasih sayang dan perhatian terhadap sesama tidaklah mencerminkan yadnya yang sesungguhnya. Karena yadnya yang benar adalah tindakan cinta kasih dan kepedulian yang konsisten, yang menggabungkan ketaatan kepada Tuhan dengan tanggung jawab terhadap ciptaan-Nya.

Minggu, 08 September 2024

Tuhan Ada Dimana-Mana.

"Dalam kitab suci seringkali dijelaskan bahwa Tuhan ada dimana-mana. Yang jadi pertanyaan adalah jika Tuhan ada dimana-mana, lalu kenapa manusia kemana-mana mencari Tuhan?"

Dalam Hindu, Tuhan atau Brahman dianggap sebagai realitas yang ada di mana-mana dan berada di dalam segala sesuatu. Namun, meskipun ajaran ini mengajarkan bahwa Tuhan ada di sekitar dan dalam diri kita, pencarian Tuhan masih merupakan perjalanan yang dalam dan sering kali rumit bagi banyak orang. Ada beberapa alasan mengapa orang masih mencari Tuhan di luar diri mereka:

Pertama karena keterbatasan dan Pengalaman Pribadi. Meskipun Tuhan dianggap ada di mana-mana, banyak orang belum mengalami atau merasakan kehadiran Tuhan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pengalaman spiritual yang mendalam sering memerlukan latihan dan pemahaman yang mendalam.

Kedua adalah Pencarian Makna dan Tujuan. Banyak orang mencari Tuhan sebagai cara untuk memahami makna hidup dan tujuan mereka. Pencarian ini sering melibatkan perjalanan luar untuk mencari jawaban dan bimbingan.

Ketiga adalah karena keterbatasan Pikiran dan Persepsi. Pikiran dan persepsi manusia sering kali terbatas. Meskipun ajaran Hindu mengajarkan bahwa Tuhan ada di dalam diri kita, memahami dan mengalami konsep ini memerlukan latihan spiritual dan refleksi mendalam.

Keempat adalah Variasi Interpretasi dan Pengalaman. Berbagai tradisi, praktik, dan pandangan dalam Hindu menawarkan cara yang berbeda untuk mendekati dan mengalami Tuhan. Pencarian ini bisa melibatkan perjalanan melalui berbagai praktik dan ajaran untuk menemukan cara yang paling sesuai dengan individu.

Kelima adalah Sifat Spiritual. Konsep Tuhan dalam Hindu sering kali melibatkan aspek transendental yang melampaui pengalaman biasa. Oleh karena itu, perjalanan spiritual sering kali melibatkan pencarian dan eksplorasi untuk menghubungkan dengan aspek ini secara lebih mendalam.

Dengan demikian, pencarian Tuhan bisa dianggap sebagai bagian dari perjalanan spiritual dan penemuan diri yang memerlukan waktu, pengalaman, dan praktik.

Dalam ajaran Hindu, Tuhan sering dianggap sebagai sesuatu yang transendental dan tak terhingga, melampaui batas-batas pemahaman manusia. Konsep Tuhan dalam Hindu, seperti Brahman, adalah realitas absolut yang ada di mana-mana dan dalam segala sesuatu, namun juga berada di luar jangkauan pengalaman sehari-hari.

Kesulitan dalam mencari Tuhan sering kali berasal dari perbedaan antara pemahaman intelektual dan pengalaman spiritual. Meskipun ajaran Hindu mengajarkan bahwa Tuhan ada di mana-mana, pengalaman langsung atau pemahaman tentang kehadiran Tuhan bisa menjadi tantangan karena keterbatasan pikiran dan persepsi manusia.

Praktik spiritual, meditasi, dan pemahaman ajaran agama merupakan cara-cara yang dapat membantu individu mendekatkan diri dan mengalami kehadiran Tuhan secara lebih langsung.
Makanya dalam tembang Merdhu Komala disebutkan bahwa Wyapi Wyapaka Sarining Paramatatwa Durlabha Kita, Ichanta Hana Tan Hana Ganalalit Lawan Halahayu, Utpatti Sthiti Linaning Dadhi Kitata Karananika, Sang Sangkan Paraning Sarat Sakala Niskalatmaka Kiita. Yang artinya "Engkau berada di mana-mana intisari dari kebenaran mutlak dan gaib, karunia-Mu menciptakan, dan melebur segala yang ada besar maupun kecil dan baik buruknya. Lahir hidup matinya segala mahluk Engkaulah sumbernya. Engkau merupakan sumber serta tujuan isi dunia nyata dan gaib wujudMu. 

Sementara dalam Upanishad, konsep yang ditekankan adalah panteisme. Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda apapun, ibarat garam pada air laut. Dalam agama Hindu, konsep panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu, beliau tidak berada di sorga ataupun di dunia tertinggi namun berada pada setiap ciptaannya. Tuhan bersifat Maha Ada, juga berada di setiap mahluk hidup, di dalam maupun di luar dunia (imanen dan transenden). Tuhan meresap di segala tempat dan ada dimana-mana (Wyapi Wyapaka), serta tidak berubah dan kekal abadi (Nirwikara). 

Di dalam Bhuana Kosa disebutkan bahwa Tuhan ada di mana-mana, Dia gaib, sukar dibayangkan, bagaikan angkasa, beliau tak dapat ditangkap oleh akal maupun panca indriya. Walaupun amat gaib, tetapi Tuhan hadir dimana-mana. Beliau bersifat wyapi-wyapaka, meresapi segalanya. Tidak ada suatu tempat pun yang Beliau tidak tempati. Beliau ada disini dan berada disana Tuhan memenuhi jagat raya ini.

Dalam kitab Brahmasutra 1,1,3 dijelaskan bahwa Brahman, atau Realitas Tertinggi, adalah sumber dari segala sesuatu yang ada, termasuk dunia dan segala fenomenanya. Dengan kata lain, Brahman adalah asal muasal segala ciptaan dan eksistensi, 

Sementara dalam Munduka Upanisad dijelaskan bahwa "Brahman itu bersinar, luas, bercahaya sendiri, tak terbayangkan, lebih halus daripada yang halus. Dia jauh melampaui apa yang jauh, namun di sini sangat dekat. Sungguh, Dia terlihat di sini bersemayam. Brahman tidak dapat dipahami oleh mata, ucapan, indera-indera lainnya, Tapa atau perbuatan baik. Seseorang menjadi suci melalui ketenangan pikiran, kemudian di alam meditasi seseorang melihat Dia yang tidak memiliki bagian-bagiannya.




  

Senin, 02 September 2024

Mendirikan Padma.

"Bolehkah kita hanya membangun Padma saja di rumah? Sementara merajan cukup di Paibon saja dipakai bersama setingkat keluarga besar ?"

Sebagai orang Bali, mendirikan Padma (tempat persembahyangan) di rumah adalah hal yang biasa dan dianggap penting. Namun, terkait penggunaan Merajan (pura keluarga), umumnya, setiap keluarga di Bali memiliki Merajan sebagai tempat sembahyang keluarga.

Jika Anda memilih untuk hanya membangun Padma di rumah dan menggunakan paibon bersama keluarga besar, itu bisa menjadi keputusan yang dipertimbangkan dengan matang. Namun, penting untuk memastikan bahwa keputusan tersebut sesuai dengan adat dan tradisi lokal. Konsultasikan dengan tokoh adat atau pemuka agama setempat untuk mendapatkan panduan yang sesuai dengan konteks budaya dan agama Bali.

Ikhlas.

Sikap ikhlas atau penerimaan yang tulus terhadap apa pun yang terjadi dalam hidup—dapat sangat bermanfaat dalam perjalanan hidup kita. Ketika kita menghadapi tantangan dan perubahan dengan hati yang terbuka, kita lebih mampu untuk tetap tenang dan menghadapi situasi dengan lebih baik.

Mengadopsi sikap ikhlas memungkinkan kita untuk lebih fokus pada hal-hal yang bisa kita kontrol dan melepaskan ketergantungan pada hasil yang di luar kendali kita. Ini membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental. Selain itu, ikhlas juga memfasilitasi hubungan yang lebih baik dengan orang lain, karena kita cenderung lebih memahami dan menerima kekurangan serta perbedaan.

Dengan mengakui bahwa perjalanan hidup masih panjang, sikap ikhlas membantu kita melihat setiap pengalaman—baik maupun buruk—sebagai bagian dari proses pertumbuhan dan pembelajaran, bukan sebagai halangan. Ini memberi kita perspektif yang lebih positif dan kekuatan untuk terus maju meskipun menghadapi kesulitan.