Penjualan tanah oleh orang Bali kepada investor asing adalah isu yang kompleks. Ada argumen yang mendukung dan menolak. Pendukung berargumen bahwa investasi asing bisa membawa pembangunan dan peluang ekonomi. Namun, penentang khawatir bahwa ini bisa mengancam budaya lokal dan mengurangi akses masyarakat terhadap tanah yang mereka huni. Penting untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi masyarakat dan budaya Bali sebelum mengambil keputusan.
Pendukung juga akan berargumen tentang dampak positif pembangunan hotel di Bali. Berikut beberapa keuntungan dari pembangunan hotel di Bali diantaranya:
Pertama adalah Pertumbuhan Ekonomi. Hotel dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dengan menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat setempat.
Kedua adalah Peningkatan Infrastruktur. Pembangunan hotel seringkali disertai dengan peningkatan infrastruktur, seperti jalan, fasilitas sanitasi, dan sistem transportasi, yang dapat memberikan manfaat bagi komunitas lokal.
Ketiga adalah Daya Tarik Wisata. Hotel yang dibangun dengan desain yang menyesuaikan dengan lingkungan alami dapat menarik wisatawan dan meningkatkan daya tarik pariwisata Bali, yang merupakan salah satu industri utama di pulau ini.
Keempat adalah Pengelolaan Lingkungan. Beberapa hotel dapat memperkenalkan praktek pengelolaan lingkungan yang lebih baik, seperti penggunaan energi terbarukan atau sistem pengolahan limbah, yang bisa mendukung keberlanjutan lingkungan.
Sementara para penentang akan berargumen bahwa sertifikasi tanah adat di Bali kurang tepat kalau kita berbicara tentang Ajeng bali. Pasalnya akan ada celah yang memudahkan bagi orang Bali untuk menjual tanahnya secara hukum. Orang Bali yang merantau ke luar pulau, merasa dirugikan. Pasalnya tanah Warisan mereka, telah dijual oleh orang-orang Bali. Jika orang yang sedang merantau di luar pulau tiba-tiba hendak Pulang ke Bali nanti, mereka tidak akan punya hak lagi. Karena banyak hal yang telah dimanipulasi'
Kemudian para pendukung akan menjawabnya dengan pernyataan bahwa di sisi lain, dengan adanya sertifikasi tanah, kita dapat memperjelas kepemilikan dan mencegah terjadinya hal yang sering terjadi. Ini memberi peluang bagi masyarakat adat untuk mendapatkan pengakuan resmi atas hak mereka, sehingga tanah tidak dapat sembarangan dijual. Selain itu, penguatan regulasi dan pengawasan dalam proses sertifikasi dapat mengurangi potensi manipulasi dan sering menjadi kekhawatiran. Dengan demikian, sertifikasi tanah adat bisa menjadi alat untuk menjaga kelestarian budaya dan hak-hak masyarakat, bukan sekedar keadilan
Para penentang kemudian menjawabnya bahwa pulau Bali telah kehilangan predikatnya sebagai pulau sorga.
Tapi para pendukung tidak mau kalah serta menjawabnya dengan pernyataan bahwa meskipun ada tantangan yang menghadang, Bali tetap memiliki keindahan alam, budaya yang kaya, dan pelestarian penduduknya, yang akan selalu menarik wisatawan dan menjaga predikatnya sebagai pulau sorga.
Si pentang sangat kecewa mendengar pernyataan tersebut. Dengan sekuat tenaga ia mencoba mencari kekurangan-kekurangan pulau Bali. Dengan sisa-sisa kekuatannya ia mencoba menyerang dengan mengatakan bahwa banyak jalur-jalur hijau di Bali dilabrak, tebing dikeruk, alih fungsi lahan, tanah banyak di jual. Kedepannya Bali bukan menjadi milik orang Bali. Kita hanya jadi pekerja atau penonton. Belum lagi macet dan banjir. Apanya yang menjadi pulau surga kalau sudah begini?"
Pernyataan tersebut kemudian dijawab oleh pendukung. Dengan mengatakan bahwa perkataan tersebut sepertinya mengabaikan potensi pembangunan yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Bali. Alih fungsi lahan, jika dikelola dengan baik, dapat menciptakan lapangan kerja dan mendukung ekonomi lokal. Selain itu, inovasi dalam infrastruktur dan pengelolaan lingkungan dapat mengatasi masalah kemacetan dan banjir, sehingga Bali tetap menjadi destinasi yang menarik.
Si penentang kemudian tak mau kalah. Ia mencoba mencari cara lain untuk menyerang Bali. Ia kemudian berkata "Setiap hari ada berita di media tentang tanah di Bali banyak yang dijual pada investor asing. Lalu anak dan cucu kita akan tinggal dimana? Apakah orang Bali meski ngontrak rumah di pulau sendiri? Ingat, Wisatawan datang ke Bali tujuannya untuk melihat alam yang indah, melihat sawah, tebing, dan sungai yang alami. Jika semuanya dijadikan hotel, lalu wisatawan akan melihat apa di Bali?"
Pendukung dengan mudah menjawabnya. Menjual tanah untuk kepentingan komersial, tidak akan menghilangkan warisan budaya dan keindahan alam yang menjadi daya tarik utama Bali.
Penentang dengan marah berkata"Coba anda lihat di Canggu Kuta Bali. Lahan hijau dilabrak, sawah-sawah jadi perumahan dan yang tinggal disana bukan orang Bali. Karena Orang Bali selalu jual tanah kemudian dibangun villa oleh orang asing. Ironisnya, orang Bali hanya bekerja di villa tersebut sebagai Sekuriti saja. Mari kita berpikir tentang Bali ke depan sebelum terlambat, dan bangunlah dari mimpi"
Pendukung kemudian menjawab "Meskipun ada perubahan yang signifikan di Bali, penting untuk melihat sisi positif dari perkembangan ini. Investasi dalam infrastruktur dan pariwisata dapat menciptakan peluang kerja baru, meningkatkan perekonomian lokal, dan memperkenalkan budaya Bali kepada pengunjung. Selain itu, banyak orang Bali yang beradaptasi dengan perubahan ini dan menemukan cara untuk mempertahankan warisan budaya mereka sambil mengambil manfaat dari perkembangan tersebut. Mari kita mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif,
Penentang lalu berkata dengan nada menyerang. "Pembangunan seharusnya merata di semua kabupaten di Bali. Jangan hanya terpusat pada kabupaten Badung saja. Lihat hasil dari pembangunan yang tidak merata itu hasilnya adalah macet dan Banjir. Baru beberapa jam saja hujan, sudah mengakibatkan banjir parah. Akan jadi apa Bali dalam 10 sampai 50 tahun ke depan?. Tri Hita Karana hanya slogan pemanis di bibir saja. Hancurnya alam Bali ini karena orang-orang Bali terlena pada uang. Kalau mau membangun, seharusnya merata di seluruh Bali. Coba lihat komplek perumahan di Bali, sepertinya penghuninya bukan orang Bali. Para pemilik villa dan hotel itu juga kebanyakan bukan orang Bali. Suatu saat kita akan persis seperti nasib orang-orang Betawi atau seperti nasib runtuhnya kerajaan Majapahit"
Pendukung kemudian menjawab "mengenai pembangunan harus merata memang penting, tetapi kita juga perlu mempertimbangkan bahwa pusat pertumbuhan ekonomi, seperti Badung, dapat memberikan dampak positif bagi seluruh Bali. Pembangunan terpusat bisa meningkatkan pendapatan daerah, menciptakan lapangan kerja, dan menarik investasi. Selain itu, pengembangan infrastruktur yang baik dapat mengurangi masalah seperti kemacetan dan banjir jika direncanakan dengan matang. Jika kita fokus pada pemerataan tanpa memperhatikan potensi daerah tertentu, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk memaksimalkan sumber daya yang ada. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengelola pembangunan secara berkelanjutan, menjaga keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Si penentang terdiam. Tapi dalam hatinya masih menyimpan dendam karena pendapatnya selalu disanggah. Ia berbisik pelan. "Tunggu pembalasanku nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar