Puasa dalam agama Hindu bukanlah praktik yang seragam dan tunggal, melainkan beragam dan bergantung pada konteks, tradisi regional, dan keyakinan pribadi. Tidak ada satu kitab suci pun yang secara eksplisit menjabarkan aturan puasa yang baku seperti dalam beberapa agama lain. Praktik puasa lebih merupakan ungkapan bhakti (pengabdian) dan sadhana (praktik spiritual) yang bertujuan untuk mencapai kesucian batin dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Berbagai kitab suci Hindu, seperti Veda, Upanishad, dan Purana, secara tidak langsung mendukung praktik ini melalui ajaran tentang pengendalian diri, penyucian pikiran, dan pengorbanan.
Salah satu bentuk puasa yang umum adalah Ekadasi, yang berarti "sebelas". Puasa ini dilakukan pada hari ke-11 bulan lunar setiap bulan, dan dikaitkan dengan dewa Vishnu. Meskipun tidak ada teks tunggal yang secara spesifik menetapkan ekadasi sebagai kewajiban, banyak Purana dan teks-teks agama lainnya memuat kisah dan anjuran untuk melakukan puasa ini. Tujuannya beragam, mulai dari memperoleh berkah, membersihkan dosa, hingga mencapai kesempurnaan spiritual. Bentuk puasa ini bisa bervariasi, mulai dari hanya menghindari makanan tertentu hingga pantang makan dan minum sama sekali selama satu hari penuh.
Puasa juga sering dilakukan selama festival-festival keagamaan Hindu. Misalnya, selama Navaratri, sembilan hari perayaan yang didedikasikan untuk Dewi Durga, banyak umat Hindu melakukan puasa sebagian atau penuh sebagai bentuk penghormatan dan permohonan. Demikian pula, selama festival-festival lainnya seperti Shivaratri (dipersembahkan untuk Dewa Shiva) atau Krishna Janmashtami (kelahiran Krishna), puasa merupakan praktik yang lazim. Teks-teks keagamaan yang terkait dengan festival-festival ini, meskipun tidak selalu secara eksplisit memerintahkan puasa, seringkali mengasosiasikannya dengan peningkatan spiritual dan pengabdian.
Selain puasa yang terkait dengan festival, banyak individu juga melakukan puasa sebagai bentuk permohonan, penebusan dosa, atau sebagai bagian dari praktik yoga dan tapa (pengekangan diri). Tujuannya adalah untuk membersihkan pikiran dan tubuh dari pengaruh negatif, meningkatkan konsentrasi, dan mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Jenis puasa ini seringkali lebih personal dan tidak terikat pada aturan yang ketat. Intensitas dan durasi puasa juga bervariasi, tergantung pada kemampuan dan niat individu.
Penting untuk diingat bahwa dalam konteks Hindu, puasa bukanlah sekadar menahan lapar dan haus. Ia lebih merupakan latihan spiritual yang mencakup aspek mental dan emosional. Pengendalian diri atas nafsu dan keinginan duniawi dianggap sebagai bagian penting dari perjalanan spiritual. Puasa sering diiringi dengan meditasi, doa, dan pembacaan kitab suci untuk memperkuat niat dan fokus spiritual. Beberapa tradisi juga menekankan pentingnya melakukan amal dan pelayanan kepada sesama selama masa puasa.
Meskipun tidak ada aturan yang baku dalam kitab suci, prinsip-prinsip seperti ahimsa (ketidakkerasan), satya (kebenaran), dan brahmacharya (kesucian) yang terdapat dalam kitab suci seperti Bhagavad Gita dan Yoga Sutras dari Patanjali, mendukung dan menginformasikan praktik puasa. Prinsip-prinsip ini menekankan pentingnya pengendalian diri dan penyucian batin sebagai jalan menuju kesempurnaan spiritual. Puasa, dalam konteks ini, menjadi salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut. Perlu diingat bahwa praktik puasa harus dilakukan dengan bijak dan memperhatikan kondisi kesehatan masing-masing individu. Konsultasi dengan ahli kesehatan mungkin diperlukan, terutama untuk puasa yang intensif dan berkepanjangan.