Kamis, 25 Juli 2024

Tumpek Pengatag.

Dalam buku yang berjudul Hari Raya Galungan karya Ni Made Sri Arwati (1992) dijelaskan bahwa Tumpek Wariga juga sering disebut dengan nama Tumpek Pengarah, Tumpek Pengatag, Tumpek Uduh, atau Tumpek Bubuh. Hari ini dipergunakan untuk memberi semacam arahan atau berkomunikasi dengan tumbuh-tumbuhan agar berbuah yang banyak dan hasilnya dapat dipersembahkan saat Hari Raya Galungan.

Menurut Arwati, perayaan Tumpek Wariga di Bali memiliki tujuan secara lahir dan batin. Secara lahir, tumbuh-tumbuhan merupakan teman hidup sekaligus sumber makanan bagi manusia sehingga perlu dirawat dengan baik agar sama-sama hidup secara harmonis. Sedangkan secara batiniah, Tumpek Wariga menjadi momen untuk memohonkan kekuatan hidup pada tumbuh-tumbuhan agar senantiasa dapat dikembangkan dengan sarana upacara dan upakara. Terlebih, praktik keagamaan menurut Hindu di Bali tidak terlepas dari berbagai ritual dan upakara yang sumbernya juga lebih banyak dari alam.

Pelaksanaan hari raya tumpek Wariga sendiri menurut lontar Sundari Gama disebutkan bahwa pada hari Saniscara Kliwon Wuku Wariga, disebutlah hari pangunduh. Dimana pemujaannya kepada Sanghyang Sangkara, sebab beliaulah yang menciptakan segala tumbuh-tumbuhan. Tumpek Wariga merupakan hari untuk memberi penghormatan kepada alam dan lingkungan, khususnya tumbuh-tumbuhan .

Tumpek Wariga juga sering disebut dengan Tumpek Bubuh. Makanya Dalam Tutur Lontar Bhagawan Agastyaprana disebutkan bahwa ada lima jenis bubuh atau bubur yang wajib dihaturkan pada tumbuhan. Pertama Bubuh beras putih dihaturkan kepada tumbuh-tumbuhan penghasil umbi-umbian. Kedua Bubuh beras merah dihaturkan kepada tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan biji-bijan. Ketiga Bubuh sumsum hijau (kayu sugih) dihaturkan kepada pepohonan yang berbuah melalui penyerbukan bunga putik, seperti mangga, klengkeng, wani, kelapa, prapat (mangrove), dan lainnya.

Keempat Bubuh ketan (warna kuning) dihaturkan kepada pepohonan yang berbuah pada batang, seperti nangka, durian, langsat, kepundung, dan lainnya. Dan kelima Bubuh beras injin (beras hitam) dihaturkan kepada tumbuh- tumbuhan dan tanaman hias yang menghasilkan bunga, daun warna- warni dan minyak harum.