Sebaik apapun orang tua, tidak akan ada nilainya, bagi orang yang tidak tahu diri, juga bagi orang yang tidak mampu bersyukur. Orang yang seperti ini biasanya, hanya fokus ketika orang tuanya melakukan kesalahan, sementara semua kebaikannya dia lupa. Meski kenyataannya orang tua itu tidak sebaik orang lain terhadapmu, tidak ada hak bagimu untuk membandingkannya dengan orang lain, apalagi menganggapnya lebih buruk
Ingat, hanya orang baik yang tidak menganggap siapapun buruk, apalagi pada orang tuanya sendiri, dan saat kamu mengatakan buruk atau sangat membencinya, itu jelas, kamu yang bermasalah, karena saat kamu mengatakan buruk, tanpa sedikitpun berpikir tentang satu saja kebaikannya. Bersabarlah dalam merawat orang tua karena mereka pernah dengan sabar mengajati kita cara berjalan.
Berikut ini ada sebuah cerita yang saya kutip dari internet. Begini ceritanya. Seorang pemuda datang melamar wanita cantik dan kaya , akhirnya terjadilah kesepakatan. Namun tatkala si wanita mengetahui profesi ibunda si pria, maka si wanita memberi syarat, "pada waktu resepsi pernikahan, ibumu tidak boleh datang" Setelah berfikir, demi untuk mewujudkan pernikahannya, si pemuda dengan terpaksa menyetujuinya.
Namun sebelumnya ia menjumpai salah seorang guru spiritualnya untuk meminta pendapatnya.
Sang guru bertanya, "apa pekerjaan ibumu?
Lalu pemuda itu menjawab "Saya ditinggal mati oleh ayah saat saya baru berumur 1 tahun. Akhirnya untuk membesarkan saya, ibu bekerja sebagai tukang cuci pakaian dan dia berhasil mengantar saya sampai jadi sarjana"
"Begini, hari ini kau pulang, dan kau cuci kedua tangan ibumu, besok kau kembali lagi kesini, saya akan berikan pendapat saya" jawab sang guru.
Pemuda itu kemudian pulang. Dan dia mendekati ibunya dan mencuci kedua tangannya. Dia melihat begitu kasarnya tangan ibunya,. Ada bekas bekas luka dan kulit yang terkelupas. Ia melihat pemandangan itu sambil mencucurkan air mata. Dan akhirnya ia tidak tahan untuk menunggu hari esok. Dan dia datangi lagi menemui sang guru dan si pemuda berkata;
"Saya tidak akan mengorbankan ibu untuk siapapun"
Banyak di antara kita yang sering melupakan budi baik ibu kita. Demi kenikmatan semu. Maka saatnya kita mencuci kedua tangan ibu kita yang selalu membelai kita dan membersihkan kita. Karena suatu saat belaian itu akan pergi dan kau akan kehilangan tiket masuk surgamu.
Dalam postingan lain saya juga mendapatkan cerita yang hampir sama. Dalam postingan itu dijelaskan bahwa Di Jepang dulu pernah ada tradisi membuang orang yang sudah tua ke hutan. Mereka yang dibuang adalah orang tua yang sudah tidak berdaya sehingga tidak memberatkan kehidupan anak-anaknya. Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan, karena si Ibu telah lumpuh dan agak pikun. Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si Ibu yang kelihatan tak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu mematahkannya dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui.
Sesampai di dalam hutan yang sangat lebat, si anak menurunkan Ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia tidak menyangka tega melakukan perbuatan ini terhadap Ibunya.
Justru si Ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata: “Anakku, Ibu sangat menyayangimu. Sejak kau kecil sampai dewasa Ibu selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikitpun. Tadi Ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat, ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai dirumah” Setelah mendengar kata-kata tersebut, si anak menangis dengan sangat keras, kemudian langsung memeluk ibunya dan kembali menggendongnya untuk membawa si Ibu pulang ke rumah. Pemuda tersebut akhirnya merawat Ibu yang sangat mengasihinya sampai Ibunya meninggal.
Dalam postingan motivasi kehidupan diceritakan bahwa ada
Seorang anak bertengkar dengan ibunya dan meninggalkan rumah. Saat berjalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang. Ia melewati sebuah kedai bakmi. Ia ingin sekali memesan semangkok bakmi karena lapar. Pemilik bakmi melihat anak itu berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu bertanya”Nak, apakah engkau ingin memesan bakmi?”
“Ya, tetapi aku tidak membawa uang,”jawab anak itu dengan malu-malu.”Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu,”jawab si pemilik kedai.
Anak itu segera makan. Kemudian air matanya mulai berlinang.”Ada apa Nak?”Tanya si pemilik kedai.”Tidak apa-apa, aku hanya terharu karena seorang yang baru aku kenal memberi aku semangkuk bakmi tetapi ibuku sendiri setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah. Kau seorang yang baru kukenal tetapi begitu peduli padaku. Pemilik kedai itu berkata”Nak, mengapa kau berpikir begitu? Renungkan hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi, nasi, dan lain lain, sampai kamu dewasa, harusnya kamu berterima kasih kepadanya. Anak itu kaget mendengar hal tersebut.”Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu?”
Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal aku begitu berterima kasih, tetapi terhadap ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun,aku bahkan tidak peduli.
Anak itu segera menghabiskan bakminya lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ketika melihat anaknya, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Nak, kau sudah pulang, cepat masuk, aku telah menyiapkan makan malam.”
Mendengar hal itu, si anak tidak dapat menahan tangisnya dan ia menangis di hadapan ibunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar