Selasa, 10 Desember 2024

"Siklus Kehidupan dan Kehancuran dalam Pandangan Hindu: Antara Varaha Kalpa, Pralaya, dan Maha Pralaya"

Menurut ajaran Hindu, kita saat ini berada dalam masa varaha kalpa, yaitu kalpa kedua setelah kiamat yang terjadi pada kalpa pertama. Dalam pandangan ini, setiap kalpa menggambarkan siklus kehidupan, kehancuran, dan penciptaan kembali. Setelah kiamat di kalpa pertama, kehidupan baru dimulai dengan bantuan Awatara Varaha, yang bertugas untuk menstabilkan orbit bumi, sehingga memungkinkan terjadinya penciptaan kembali kehidupan. Dengan demikian, setiap kalpa menjadi siklus besar yang melibatkan kelahiran dan kematian, tidak hanya bagi kehidupan, tetapi juga bagi struktur kosmos itu sendiri.

Secara astronomis, bumi bersama dengan matahari mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti. Proses ini telah berlangsung selama 20 putaran, dan diperkirakan hanya tinggal 31 putaran lagi sebelum matahari kehabisan energi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pandangan ilmu modern, kiamat diperkirakan akan terjadi akibat berakhirnya usia matahari, yang menjadi sumber utama energi bagi kehidupan di bumi. Penurunan energi matahari berpotensi menyebabkan kondisi yang tidak mendukung kehidupan, sehingga bumi akan memasuki fase kiamat sesuai dengan siklus alam semesta ini.

Namun, dalam ajaran Hindu, konsep pralaya menggambarkan kehancuran yang terjadi dalam setiap kalpa, yang berlangsung selama 4,32 milyar tahun. Pralaya ini digambarkan sebagai kehancuran ringan yang hanya mengakhiri kehidupan mahluk hidup, namun elemen-elemen dasar bumi, seperti tanah, air, api, udara, dan ruang (pancamahabhuta), tetap ada. Dengan demikian, bumi tidak benar-benar musnah, dan elemen-elemen tersebut akan digunakan kembali dalam penciptaan kehidupan pada kalpa berikutnya. Hal ini menekankan bahwa meskipun kehidupan bisa berakhir, alam semesta tetap berjalan dalam siklus yang tak terelakkan.

Sementara itu, maha pralaya, yang lebih besar dan lebih mendalam, terjadi setelah satu trivrta. Waktu dalam konsep ini diukur dengan skala yang sangat besar, dimana satu trivrta setara dengan 69,12 triliun tahun manusia. Maha pralaya ini bukan hanya menghancurkan kehidupan, tetapi juga mencakup kehancuran seluruh alam semesta, termasuk semua elemen dasar yang ada, dan mengembalikannya ke kondisi awal tanpa bentuk. Proses ini menggambarkan siklus besar yang melibatkan penciptaan dan penghancuran yang sangat panjang, jauh melebihi pengertian waktu manusia.

Pandangan Hindu tentang awal penciptaan dan pralaya berkaitan erat dengan pemahaman bahwa dunia materi tidak abadi. Semua bentuk kehidupan, bahkan alam semesta itu sendiri, akan mengalami kehancuran dan kelahiran kembali sesuai dengan hukum alam yang tak terelakkan. Yang abadi dalam pandangan Hindu adalah atman atau jiwa individu yang tidak terpengaruh oleh perubahan dunia materi, serta paramatman, jiwa universal yang menjadi sumber segala kehidupan. Dalam siklus besar ini, meskipun dunia materi mengalami kelahiran dan kehancuran, jiwa tetap abadi, terus mengalami perjalanan menuju pemahaman yang lebih tinggi dan penyatuan dengan kekuatan ilahi.

Tidak ada komentar: