Pelinggih Kemulan adalah tempat yang sangat sakral dalam ajaran agama Hindu Bali, yang memiliki makna mendalam dan kaitan erat dengan konsep spiritualitas dan transmigrasi roh. Berdasarkan lontar-lontar kuno seperti Usana Dewa, Gong Wesi, Pitutur Lebur Gangsa, dan Sang Hyang Lebur Gangsa, Pelinggih Kemulan memiliki peranan penting dalam upacara dan pemujaan roh leluhur yang telah disucikan. Dalam konteks ini, Kemulan bukan sekadar tempat fisik, melainkan ruang spiritual yang menyatukan berbagai elemen kosmis, seperti yang digambarkan dalam ajaran Hindu Bali mengenai Sang Hyang Triatma.
Dalam lontar Usana Dewa, disebutkan bahwa pada Sanggah Kemulan terdapat tiga elemen penting, yaitu Sang Hyang Atma, Sang Hyang Paratma, dan Sang Hyang Siwatma. Ketiga unsur ini dianggap sebagai perwujudan dari konsep Brahman yang terdiri dari Purusha (kesejatian pria) dan Pradhana (kesejatian wanita). Pada ruang Kemulan Kanan, bersthana Sang Hyang Paratma yang diidentifikasikan sebagai ayah atau Purusha. Pada ruang Kemulan Kiri bersthana Sang Hyang Siwatma, yang diidentifikasikan sebagai ibu atau Pradhana. Sementara itu, ruang Kemulan Tengah menyatukan keduanya dalam bentuk Sanghyang Tunggal, yang merupakan penyatuan wujud dan kesejatian dari seluruh unsur tersebut. Konsep ini digambarkan sebagai simbol harmoni antara pria dan wanita yang menjadi dasar dari kehidupan dan penciptaan.
Gong Wesi memberikan gambaran yang hampir serupa dengan Usana Dewa, menjelaskan bahwa dalam ruang Kemulan, terdapat penyatuan antara Atma (roh individu) dengan Sanghyang Tunggal. Hal ini menggambarkan bahwa roh individu, setelah melalui berbagai proses penyucian, akan kembali kepada sumbernya, yakni Sang Hyang Tunggal, yang merupakan kesatuan dari segala wujud.
Lebih lanjut, dalam Lontar Pitutur Lebur Gangsa dan Sang Hyang Lebur Gangsa, dijelaskan pula bagaimana roh para leluhur, yang disucikan melalui upacara seperti Nyekah atau Mamukur, diunggahkan pada Kemulan. Proses penyucian ini menjadi sangat penting karena hanya roh yang telah melalui upacara dan mencapai tingkat kesucian tertentu yang layak bersthana di Pelinggih Kemulan. Dalam konteks ini, Kemulan bukan hanya menjadi tempat bagi Atma individu yang baru saja meninggal, tetapi juga tempat untuk memuja dan menghormati para leluhur yang telah mencapai tingkat kesucian yang tinggi.
Lontar Purwa Bhumi Kemulan lebih lanjut menguraikan bahwa roh leluhur yang telah mencapai tingkat Siddhidewata, atau kesucian sempurna, akan bersthana di Pelinggih Kemulan. Di sini, roh yang suci akan diposisikan sesuai dengan jenis kelamin semasa hidupnya—laki-laki di ruang kanan dan perempuan di ruang kiri. Hal ini mencerminkan ajaran bahwa kesucian roh menghubungkan individu dengan leluhurnya, dan di Pelinggih Kemulan, mereka disatukan dalam satu kesatuan yang lebih besar, yakni kesatuan spiritual antara manusia dan Tuhan.
Selain itu, dalam Lontar Tatwa Kapatian, dijelaskan bahwa Atma, setelah melalui proses upacara, akan bersthana di Pelinggih Kemulan sesuai dengan kadar kesuciannya. Atma yang masih belum sepenuhnya suci, yang hanya memperoleh Tirta pangentas pendem (upacara sementara), tetap dapat menempati Batur Kemulan sebagai tempat peristirahatan sementara hingga mencapai tingkat kesucian yang lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa Pelinggih Kemulan tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk roh yang telah mencapai kesucian sempurna, tetapi juga sebagai tempat untuk menyucikan roh yang masih dalam proses pembersihan dan pengembangan spiritual.
Melalui berbagai penjelasan dalam lontar-lontar tersebut, jelas bahwa Pelinggih Kemulan memiliki peranan yang sangat penting dalam ajaran agama Hindu Bali. Pelinggih Kemulan bukan hanya sekadar tempat fisik, tetapi juga merupakan tempat yang menghubungkan dunia nyata dengan dunia roh. Di sinilah tempat pemujaan terhadap Sang Hyang Triatma, yaitu Sang Hyang Paratma (ayah), Sang Hyang Siwatma (ibu), dan Sang Hyang Atma (roh individu), serta tempat untuk menghormati dan memuja para leluhur yang telah disucikan. Konsep ini menunjukkan betapa dalamnya ajaran Hindu Bali tentang hubungan antara kehidupan manusia dengan kekuatan-kekuatan spiritual yang lebih tinggi, yang saling terhubung dalam harmoni yang abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar