Rabu, 21 Agustus 2024

Catur Marga Yoga.

Pengertian Catur Marga Yoga adalah empat jalan atau cara mencapai kesempurnaan hidup atau Moksa. Dalam agama Hindu, Catur Marga Yoga meliputi Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga. Dikutip dari buku Kreatif Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas V untuk SD yang ditulis oleh Dewa Artana, dkk, Catur Marga Yoga terdiri dari 4 bagian, yaitu:

1. Bhakti Marga Yoga

Bhakti Marga Yoga Merupakan cara mencapai Moksa melalui sikap bakti kepada Sang Hyang Widhi. Kata Bhakti berarti hormat, yang mana rasa hormat dilakukan dengan mendekatkan diri kepada Tuhan.

2. Karma Marga Yoga

Karma Marga Yoga Merupakan cara mencapai Moksa melalui kerja tanpa pamrih. Orang yang melaksanakan Karma Marga Yoga disebut dengan Karmin, di mana Karmin akan bekerja keras tanpa menginginkan hasil.

3. Jnana Marga Yoga

Jnana Marga Yoga Merupakan cara mencapai Moksa melalui pengetahuan. Orang yang melaksanakan Jnana MArga Yoga disebut dengan Jnanin.

4. Raja Marga Yoga

Raja Marga Yoga Merupakan cara mencapai Moksa melalui tapa, brata, yoga, dan samadhi. Tapa dan brata merupakan latihan mengendalikan diri. Yoga dan samadhi merupakan latihan meditasi atau pemusatan pikiran. Dalam melaksanakan Catur Marga Yoga, umat Hindu dapat memulainya dengan niat yang tulus. Adapun niat tulis tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan kesungguhan hati. 

Dalam kitab Bhagavad Gita Bab 12 Sloka 290, yang dikenal sebagai Bhakti Yoga dijelaskan bahwa orang yang terikat pada tubuh tidak mungkin melepaskan semua kegiatan. Namun, orang yang melepaskan hasil dari kegiatan itu disebut sebagai orang yang meninggalkan hasil. Sloka ini menekankan bahwa meskipun seseorang tidak bisa sepenuhnya berhenti dari melakukan tindakan fisik, mereka yang melepaskan hasil dari tindakan mereka (dari keserakahan dan keinginan) dapat dianggap sebagai orang yang benar-benar meninggalkan.

Dalam Bhagavad Gita Bab 7 Sloka 21 dijelaskan bahwa kepercayaan apapun yang ingin dipeluk seseorang, Aku perlakukan mereka sama dan Aku berikan berkah yang setimpal supaya ia lebih mantap"  

Menurut kitab Sarasamuscaya 1.4 dijelaskan bahwa menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat baik. Demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia. Maka yang bisa kita lakukan sebagai umat Hindu adalah dengan selalu melakukan perbuatan baik, dan menghindari prilaku yang menyebabkan dosa. Sehingga kita dapat mencapai tujuan umat Hindu yaitu moksa.

Dalam Bhagawadgita Bab 3 sloka 9 dijelaskan bahwa orang yang dengan pikiran terpusat mengendalikan indria-indrianya dan tanpa keterikatan pada hasil melaksanakan perbuatan-perbuatan suci dalam Karma Yoga, orang yang demikian sesungguhnya jauh lebih maju. Sloka di atas menjelaskan bahwa kedudukan orang yang memiliki jiwa yang tulus ikhlas dan tanpa pamrih dipandang jauh lebih baik daripada orang palsu yang berpura-pura yang mulai mengikuti kerohanian sebagai tontonan untuk menipu orang yang tidak tahu apa-apa. Tukang sapu yang tulus ikhlas di jalanan, jauh lebih baik daripada ahli semadi gadungan yang hanya bersemadi untuk mencari nafkah. Sehingga kita didorong untuk mengupayakan memiliki sifat tersebut. 

Sementara dalam Bagawadgita bab 11 sloka 55 dijelaskan bahwa Siapa yang dengan tanpa pamrih dan penuh kesungguhan menyembah-Ku dengan bhakti (pengabdian) yang murni, ia akan mencapai Aku. Ia yang dengan sepenuh hati memikirkan Aku, akan menjadi satu dengan-Ku. Sloka ini menggarisbawahi pentingnya bhakti (pengabdian) yang tulus dalam mencapai persatuan dengan Tuhan.

Sedangkan dalam Bhagawad Gita bab 12 Sloka 13 dijelaskan bahwa orang yang mempunyai itikad kebajikan , bersikap bersahabat kepada sesama mahluk ,ramah tamah ,bebas dari rasa mementingkan diri sendiri ,tekun bekerja atas nama Tuhan, merupakan bhakti yang amat tinggi nilainya.








.



Tidak ada komentar: