Jumat, 16 Agustus 2024

Introspeksi Diri Di Hari Raya Nyepi.

Naskah-naskah kuno yang membahas tentang Brata di hari raya Nyepi salah satunya adalah Lontar Sundarigama. Disana dijelaskan bahwa pada hari raya Nyepi sangat dilarang untuk menyalakan api maupun api nafsu yang ada pada diri manusia. Saya sangat setuju dengan isi Lontar tersebut. Karena pada saat hari raya Nyepi, umat Hindu di Bali mentaati empat larangan yang disebut dengan Catur Brata Penyepian diantaranya Amati Geni yang artinya dilarang menyalakan api, Amati Karya atau tidak boleh melakukan pekerjaan, Amati Lelungan atau tidak boleh bepergian, dan Amati Lelanguan atau tidak boleh mengumbar hawa nafsu. Kenapa kita harus mentaati empat larangan tersebut? Karena orang yang paham akan hakikat Tatwa agama agar melakukan Samadhi, Tapa, dan yoga untuk mencapai alam Sunia atau sunyi pada saat hari raya Nyepi. 

Konsep hari raya Nyepi merupakan salah satu contoh beragama dengan Niwerti Marga yang artinya beragama dengan cara berbenah diri. Selain Catur Brata Penyepian, kita sudah sepatutnya menerapkan ajaran Catur Paramita yaitu Maitri atau sikap bersahabat, Karuna atau cinta kasih, Mudita atau selalu memiliki perasaan gembira dan Upeksa atau tidak boleh memperkeruh masalah. Dan juga menerapkan konsep Tri Pararta yaitu Asih, Punia, dan Bhakti.

Tiga hari sebelum Nyepi dimulai, biasanya umat Hindu di Bali melakukan upacara Melasti ke pantai yang bertujuan untuk mensucikan diri dalam menyambut hari raya Nyepi atau tahun baru Saka. Sementara satu hari sebelum Nyepi, umat Hindu akan menggelar upacara Pangrupukan. Pada saat hari Pangrupukan juga digelar upacara Tawur Kasanga atau Pacaruan Tilem Sasih Kasanga yang bertujuan untuk menetralisir sifat Bhutakala agar tidak mengganggu kehidupan manusia di dunia. Biasanya masyarakat Bali akan mengarak Ogoh-Ogoh pada malam hari. Apa itu Ogoh-Ogoh? Perlu anda ketahui bahwa Ogoh-Ogoh adalah patung raksasa sebagai simbol Bhutakala yang berwujud menyeramkan. Saya berharap agar di hari Pangrupukan bukan hanya mementingkan seremonial semata. Akan tetapi kita harus memaknainya dengan introspeksi diri. Agar tidak seperti perayaan yang sudah lewat terjadi keributan antar pemuda pada saat mengarak ogoh-Ogoh. Kita sudah semestinya tidak mencontoh pengalaman yang tidak baik di masa lalu. Makna Penyepian kita diminta untuk Mulat Sarira atau merenungi apa yang telah kita lakukan dan apa yang akan kita kerjakan di masa yang akan datang. 

Seorang bijak Sri-Sri Ravi Shankar menyatakan perayaan adalah sifat alamiah jiwa atau spirit. Setiap perayaan adalah spiritual, sedangkan perayaan tanpa spiritualis tidak memiliki kedalaman. Karena tujuan Nyepi adalah memohon pada tuhan agar mensucikan alam yang menjadi tempat tinggal manusia dan alam semesta. Kita harus mengetahui latar kehidupan di tahun sebelumnya. Dengan mengetahui latar kehidupan pada tahun sebelumnya, kita dapat membuat target kehidupan guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Seperti semboyan Sila Suluh Siwi Sastra, Sundar Sulur Jayaning Rat Matemu, yang artinya Dharma Shanti Penyepian kita aktualisasikan makna Penyepian guna terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa.

Menurut Upanisad, manusia terdiri dari Purusa dan Pradana. Purusa adalah unsur jiwa yang membawa kekuatan Catur Citta yaitu Dharma, Wairagya, Aiswarya, dan Jnana. Sedangkan Pradana membawa Panca Klesa yaitu Awidya, Asmita, Raga, Dwesa, dan Abiniwesa. Dalam Bhagawadgita dinyatakan ada dua jenis kecendrungan manusia yaitu sifat dewa dan sifat raksasa. Dalam Khata Upanisad, manusia diumpamakan seperti kereta kuda. Badan kereta ibarat badan jasamani, kuda ibarat Indriya, tali kekang ibarat pikiran, kusir kereta ibarat kesadaran Bhudi dan pemilik kereta ibarat Atman. Kenapa di hari Nyepi kita dituntut melakukan Introspeksi diri? Sebagaimana disebutkan dalam buku Subhasitani pada halaman 172, ibarat matahari terbenam setiap hari mengambil bagian dari durasi hidup kita. Mengetahui hal ini kita harus mengamati setiap hari apa perbuatan baik yang telah kita lakukan. Seseorang harus sering introspeksi diri atas prilakunya setiap hari. Apakah tindakannya itu menyerupai kualitas hewan atau kualitas orang yang mulia.


Tidak ada komentar: