Jumat, 03 Mei 2024

Penyebab Terjadinya Perdebatan Sesama Hindu Di Medsos.

Bagi yang pernah bergabung atau sekarang masih aktif menjadi anggota grup bernuansa Hindu di Facebook, pasti akan sering menjumpai komentar-komentar miring dalam sebuah Postingan. Kenapa hal itu bisa terjadi? Menurut saya, Mungkin karena latar belakang yang menjadi anggota dalam grup tersebut berbeda etnis maupun berbeda aliran atau sekte. Masing-masing kelompok suka berdebat karena mempertahankan prinsipnya, memiliki egois yang sangat tinggi, merasa paling benar, dan selalu menganggap prinsip orang lain salah, dan lain sebagainya. Selain itu, dalam sebuah group bernuansa Hindu sudah pasti ada pengguna akun palsu yang sengaja menyamar menjadi pengguna akun beragama Hindu. Mereka sengaja membuat Postingan atau komentar yang bersifat Provokatif agar umat Hindu itu menjadi pecah. Misalnya kita sering menjumpai ada oknum yang sengaja membuat Postingan seakan-akan melecehkan Haree Khrisna. Atau juga sebaliknya, ada oknum yang sengaja membuat Postingan seakan-akan menjelekkan ritual di Bali atau menjelek-jelekkan adat dan budaya orang Bali. 

Jika kita sebagai penekun spiritual seharusnya saling menghargai kelompok lain. Walaupun berbeda etnis maupun berbeda sekte. Jika kita saling menghargai, maka sudah dipastikan tidak akan ada keributan. Karena jati diri orang Hindu adalah suka menerima perbedaan serta menghormati budaya dan kearifan lokal.

Penyebab lainnya adalah Fanatisme. Pasalnya fanatisme yang berlebih melahirkan ketidaksukaan terhadap kelompok lain hingga menjadi kebencian sampai pada Intoleransi. Dan Intoleransi yang berlebih melahirkan benih-benih Radikalisme. Sedangkan Radikalisme yang berlebih melahirkan tindakan berupa ujaran kebencian hingga tindakan merusak, menyingkirkan, melukai, hingga mentiadakan dengan berbagai cara. Dari fitnah sampai melakukan pembunuhan karakter hingga pembunuhan fisik dengan cara melampiaskan kepada objek yang dibencinya dengan cara apapun. Semoga kehidupan bersama bisa saling menjaga dengan segala kurang lebih di dalam kesempurnaannya dengan saling menyadari sebagai sesama. Sebelum belajar ilmu agama, belajarlah tentang ilmu kemanusiaan. Supaya anda tidak cuma pandai ibadah. Tapi juga pandai menghargai orang lain. Jika ingin melihat kebaikan seseorang, janganlah hanya menilai dari betapa seringnya dia bersembahyang dan berdoa. Namun lihatlah bagaimana cara dia memperlakukan orang lain. Orang yang mengaku dirinya beragama seharusnya antara moral dan Sraddha haruslah sejajar.

Kalau kita ingin mempelajari agama seharusnya secara komprehensif dan dari segala segi. Juga secara berurutan maka kita tidak akan kaget melihat perbedaan. Ibarat membaca buku maka kita harus membaca bab per bab secara berurutan. Tidak bisa sekarang membaca bab satu besok membaca bab sepuluh. Menilai ajaran agama harus proforsional. Karena setiap buku memiliki misi tertentu dan metodologi berbeda walaupun untuk tujuan yang sama. Karena kita baru seperti terbuka kran agamanya sehingga ibarat orang kelaparan tiba-tiba melihat makanan, maka tanpa banyak pikir, semua dilahap. Padahal masing-masing makanan punya peruntukan tertentu. Akhirnya walaupun seseorang itu banyak membaca buku, mereka belum tentu paham terhadap maksud dari buku tersebut.